Bab 9
Vedo mengangguk. Dia menatap Iluv lembut. “Kamu mau kan bantuin aku biar deket sama dia? Aku udah lama nggak ngerasain jatuh cinta setelah Shela, cinta pertama aku, pergi ke London tanpa kabar. Makanya aku sekarang jadi sosok yang dingin sama cewek. Itu karena aku takut jatuh cinta dan takut ditinggalin lagi. Tapi, waktu ngeliat Ranti, pandanganku berubah. Nggak semua cewek sama. Makanya aku memberanikan diri untuk jatuh cinta sama dia. Aku bingung gimana cara deketin dia. Makanya, pas liat kamu di lapangan waktu itu, aku langsung dapet ide buat minta bantuan kamu.”
“Jadi, tujuan Kakak deketin aku buat deketin Ranti? Bukan karena Kakak suka sama aku?” tanya Iluv. Dia langsung menyesali pertanyaannya. Itu benar-benar pertanyaan bodoh. Mana mungkin seorang Vedo jatuh cinta padanya?
Vedo tampak kaget. Lalu dia mengerti makna perubahan wajah Iluv. Gadis imut di depannya ini pasti merasa dipermainkan.
“Luv, aku nggak berniat mainin kamu. Aku suka sama kamu sebagai adik. Kamu lucu, unik, selalu bikin aku ketawa. Tapi… kalo masalah cinta, aku emang cinta sama Ranti. Aku kira, kamu juga sekedar anggep aku Kakak. Aku nggak mikir kalo…”
Iluv tidak mendengar ucapan Vedo selanjutnya. Antara sadar dan tidak, dia berdiri dan berjalan pelan meninggalkan Vedo. Panggilan Vedo tidak dihiraukannya. Masih dengan kesadaran setengah, Iluv menyetop taksi yang kebetulan melewatinya. Setelah menyebutkan alamat rumahnya, Iluv menyuruh taksi itu berjalan. Meninggalkan Vedo yang mengejarnya dengan kebingungan.
Satu-persatu, airmata Iluv mengalir turun. Dia membiarkannya. Entah benar atau hanya perasaannya untuk menambah kesan dramatis, Iluv merasakan dadanya benar-benar sakit.
“Ranti?” gumamnya tidak percaya.
^^.
Pintu kamar Iluv diketuk perlahan. Namun Iluv pura-pura tidak mendengar. Dia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
“Princess, ada Ranti sama Yayan nih. Buka pintunya…” terdengar suara Mama.
Iluv tidak menjawab. Dia tidak mau bertemu dengan siapapun sebelum hatinya tenang. Terutama Ranti.
“Luv… kamu kenapa sih? Kalo ada masalah cerita dong. Aku sama Yayan siap bantu,” Ranti ikut bersuara.
Iluv makin enggan membuka pintu kamar.
“Luvita,” kali ini panggilan Papa. “Kamu mau buka pintu atau Papa dobrak? Dari semalam kamu nggak keluar kamar. Sekarang udah hampir jam sebelas.”
Iluv tetap tidak perduli. Tidak ada lagi terdengar suara panggilan. Iluv mengintip dari celah selimutnya. Terdengar bunyi ‘cklek’ pelan. Pasti mamanya membuka dengan kunci duplikat. Sebelum pintu dibuka dari luar, Iluv lebih dulu membukanya.
“Apa?” semprotnya galak pada empat orang yang berdiri di depan pintu kamarnya.
Mama terbalak melihat penampilan Iluv. Gadis itu bahkan masih memakai gaun semalam.
“Kamu sakit?” tanya Mama sambil meraba dahi Iluv.
“Iya! Sakit! Sakiiiiiiittt banget!”
Orangtua Iluv, Yayan, dan Ranti tampak khawatir.
“Apa yang sakit?” tanya Mama lembut.
“Hati aku sakit! Hancur!”
Orang-orang di hadapan Iluv terdiam.
“Aku nggak mau diganggu!” ucap Iluv tajam, disusul dengan debam keras dari pintu kamar yang dibanting hingga tertutup.
“Aneh. Semalam dia kayak seneng banget. Kok hari ini…”
“Semalam Iluv ke mana, Bunda?” tanya Ranti.
“Jalan sama cowok. Kalo nggak salah namanya… siapa, Pa?”
“Vedo,” jawab Papa.
Ranti dan Yayan saling pandang. Mereka sadar Vedo adalah kunci jawaban dari sikap aneh Iluv.
“Bunda, Om, Ranti sama Yayan pamit dulu ya. Ada kerjaan bentar. Nanti Ranti telpon buat nanya keadaan Iluv. Permisi…” tanpa menunggu jawaban dari orangtua Iluv, Ranti menarik Yayan pergi.
^^.
“Masa Om nggak punya sih? Om kan pemilik yayasan,” ucap Ranti dengan nada memelas.
“Untuk apa sih? Kamu naksir juga sama bintang lapangan itu?” tanya Om Bowo, pemilik Yayasan SMA Ganesha, yang merupakan adik dari ibu Ranti.
“Bukaaaan…” protes Ranti. “Pokoknya penting! Ayolah…”
“Bukan buat neror?”
Ranti mengangguk.
“Bukan buat dijual ke penggemar Vedo?”
Ranti kembali mengangguk.
“Trus buat apa?”
“Pokoknya hal yang lebih penting dari sekedar kejahilan neror ataupun bisnis jualan nomor handphone. Ayolah, Om… please…”
Om Bowo menghela nafas pelan. “Ya sudah. Tunggu sebentar,” ucapnya.
Ranti menghela nafas lega. Tak lama kemudian Om Bowo kembali menghampiri mereka dan memberikan secarik kertas pada Ranti.
“Itu nomor telpon rumahnya. Kalo nomor handphone, Om bener-bener nggak tau. Atau, kamu mau nomor punya orangtuanya?”
Ranti menggeleng cepat seraya menarik Yayan berdiri. “Ini aja cukup. Makasih, Om. Salam buat Tante Fiona sama Mas Ryan. Aku pamit ya…” ucapnya seraya berjalan keluar dengan cepat.
Yayan hanya bisa pasrah mengikuti Ranti. Om Bowo hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah keponakannya itu.
^^.
Vedo sudah menceritakan semuanya pada Ranti. Ranti sempat deg-degan juga saat mendengar pengakuan kalau Vedo jatuh cinta padanya. Sementara Yayan yang ikut mendengar pembicaraan itu, menahan geram agar tidak mencekik Vedo.
“Ng… makasih ya, Kak,” ucap Ranti.
“Tunggu, jangan dimatiin dulu,” tahan Vedo.
Yayan menatap ponsel Ranti dengan geram.
“Jawaban kamu apa?”
“Nggak!” Yayan yang berteriak. “Ranti tuh sekarang pacaran sama aku! Kamu jangan coba-coba deketin dia!”
Ranti tidak menahan Yayan. Walaupun sempat kaget, dia hanya tersenyum kecil. Tidak terdengar sahutan dari Vedo.
“Maaf, Kak. Aku emang udah punya pacar. Yang teriak kayak orang sinting tadi. Tapi, biarpun rada sinting, aku sayang sama dia. Maaf banget ya…” pinta Ranti.
Yayan menatap Ranti dengan kaget. Ini pertama kalinya dia mendengar Ranti berkata sayang padanya.
“Oh… ya sudah. Maaf aku lancang nembak kamu,” ucap Vedo akhirnya.
“Nggak papa,” ucap Ranti.
Telpon pun terputus. Yayan masih menatap Ranti.
“Apa sih?” tanya Ranti heran.
“Beneran kamu sayang aku?”
Ranti tertawa. “Ya iyalah. Kalo nggak, ngapain aku mau sahabatan, trus sekarang pacaran sama kamu?”
Yayan tersenyum lebar. Dia berniat memeluk Ranti, namun gadis itu menghindar. Yayan hanya bisa menelan kecewa sambil nyengir, sementara Ranti tersipu malu.
^^.
Don’t matter what people say
I never did believe them
I know, I know they know everything
I’ll be alright by myself
And no one’s gonna tell me I’m defined
Confined by love
Now our days see, strange
I guess my heart was bound to change
I feel out, out of you and me
You’re fading from view
And you’re falling into history
I feel out, out of you and me
You’re fading from view
And you’re falling into history
I never thought that I’d say
That I don’t really miss you
I lived, I breathed your breath through me
Time has a way of passing by
Until I don’t remember why or how to hurt for you
Love’s pain has gone somewhere
And I’m finally hanging it there
I’ll be alright by myself
And no one’s gonna tell me I’m defined
Confined by love…
(Falling Into History – Avril Lavigne)
Iluv membiarkan tape-nya mengalun tanpa benar-benar mendengarkan. Hatinya masih benar-benar sakit. Malam ini malam pensi. Dia tidak berniat datang. Hanya akan membuat malu sendiri.
Mungkin untuk mengobati sakit hatinya, tadi mama dan papanya memberitahu kalau ulangtahunnya yang ke-15 ini akan dirayakan. Iluv tidak terlalu peduli. Dia masih memikirkan nasibnya. Nasib malangnya. Baru pertama kali jatuh cinta, dia langsung patah hati.
Lagi-lagi, Iluv membiarkan airmatanya jatuh.
^^.
Malam Pensi terlihat meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Terutama bagi Jessi dan geng-nya. Walaupun gondok mengetahui kalau Vedo jatuh cinta dengan Ranti, yang penting dia bangga karena itu berarti Iluv kalah dan dialah pemenang taruhan mereka. Jessi yakin Iluv tidak akan berani menampakan mukanya malam ini.
Sementara di sudut ruangan, Vedo menatap jam tangannya dengan gelisah. Matanya juga berkali-kali melirik pintu aula. Namun tidak ada sosok Ranti yang melangkah masuk, bergabung dengan tamu yang lain. Dia pasrah seandainya Ranti tidak mau datang. Gadis itu pasti menganggapnya sudah mempermainkan Iluv, sahabatnya. Padahal Vedo tidak bermaksud demikian. Dia memang mendekati Iluv agar bisa dekat dengan Ranti. Tapi, dia tidak bermaksud mempermainkan perasan Iluv.
Jessi menatap Vedo dengan senyum bangga.
“Malam ini indah ya,” ucapnya pada dua ‘bebeknya’, Agne dan Friska. “Gue bisa ngalahin Vedo dan Iluv dengan sekali langkah. Iluv kehilangan harga diri dan sahabatnya, sementara Vedo kehilangan cintanya. Benar-benar menarik.”
“Nggak seindah bayangan kamu, Ratu Buaya.”
Ketiga gadis itu menoleh. Tampak sosok Yayan terlihat cool dengan balutan blazer merah gelap dengan dalaman kemeja putih garis-garis. Di sebelahnya, berdiri Ranti yang malam ini tampak sangat cantik, dengan gaun sutra warna merah marun dan high heels warna senada. Khusus untuk malam ini, Ranti memakai contact lens dan mengijinkan kacamatanya ‘liburan’.
“Oh ya?” sinis Jessi.
^^.
“Princess, kamu bener-bener nggak mau dateng ke acara pensi?” tanya Mama sambil membelai lembut rambut Iluv. Baru kali ini Iluv merasa mamanya bersikap layaknya seorang ibu.
“Nggak. Buat apa aku dateng? Cuma bikin malu sendiri.”
“Dan membiarkan orang menganggap kamu pengecut?”
Iluv terdiam. Hanya lantunan ‘Make Up’ dari Avril Lavigne yang terdengar. Ibu-anak itu mendengarnya dalam kesunyian.
Lying on the couch just
Hanging with my boys
We’re chilling up the house tonight
I’m being my self
I’m nobody else
‘Cause this is what we do alright
You’ll always find…
I’m not wearing any make-up
Won’t hide who I’m
I’ll be what I am
I’m just being honest with my self once again
I’m my only friend
Kicking off my shoes
I’m strumming my guitar
I’m singing songs about my life
If I could tell the truth
I’d tell you what I meant by
Me, my self, and I
You’ll always find…
No more mirrors
No more vanity
Give it all away for free
Donate to charity
I am happy in my skin
I try, in my heart it’s not the same
You’ll always find
Iluv menatap sang mama. “Aku nggak akan jadi pengecut. Aku bakal dateng.”
Mama tersenyum senang.
“Aku akan kasih mereka surprise,” lanjutnya yakin seraya bangkit untuk bersiap-siap.
^^.
“Mana?” tantang Jessi.
Ranti melirik jam tangannya dengan cemas. Namun dia tidak memperlihatkan kecemasannya. Yayan menggenggam tangan gadis itu, menenangkan. Tiba-tiba, suasana yang tadinya penuh hangar-bingar pesta, mendadak sunyi senyap. Semua mata menatap pintu dengan takjub. Iluv melangkah masuk, menuju panggung, tidak memperdulikan mata-mata yang menatapnya heran. Dia berbicara dengan salah satu panitia. Panitia itu mengangguk-angguk kecil. Iluv tersenyum, mengambil gitar, lalu duduk di depan mic.
“Thanks so much for your attention. I’ll sing a song about my life. Tapi, sebelum itu aku mau ngomongin sesuatu hal yang, menurut aku, sangat penting. Selama beberapa minggu terakhir, aku ngelupain identitas asli aku, cuma buat narik perhatian seseorang yang aku kagumi. Sayang, dia malah lebih tertarik sama sahabat aku. Aku marah, kesel, kecewa, sedih, malu, semua aku rasain. Aku sampe menghancurkan persahabatan yang udah kami bangun seumur hidup. Semuanya berawal dari taruhan bodoh antara aku dan Jessi.”
Semua mata menatap Iluv dan Jessi bergantian. Jessi ikut menatap Iluv dengan menantang.
“Sekarang aku baru sadar. Persahabatan yang aku jalani, jauh lebih berharga dari apapun. Dan yang lebih aku sadari lagi, kita memang bakal keliatan menarik kalo tampil apa adanya, asal nyaman. Bukan dengan memakai ‘topeng’ make up, aksesoris glamour, dan sebagainya, yang malah bikin kita keliatan aneh kalo nggak cocok. Makanya, aku mau bawain satu lagu dari penyanyi favorit aku. Lagu ini aku kasih buat diri aku sendiri dan buat temen-temen sekalian yang ngerasa hidupnya penuh sama kepura-puraan. Heard it…” Iluv memulai permainan gitarnya.
Iluv manampilkan ‘Make-Up’ dari Avril Lavigne dengan memukau. Semua mata terarah padanya.
Iluv berhasil membuat kejutan. Semua bertepuk tangan saat Iluv menyelesaikan penampilannya. Kemudian, perlahan Iluv mendekati kelompok kecil yang sudah menunggunya. Jessi, Agne, dan Friska mencibir hina saat Iluv berdiri di hadapan mereka.
“Apa keluarga lo udah bangkrut sampe nggak bisa beli gaun?” cibir Jessi.
Iluv hanya diam. Ranti dan Yayan, yang sempat terpesona atas apa yang sudah dilakukan Iluv, ikut syok melihat penampilan gadis itu. Mereka yakin Iluv akan datang. Tapi, tidak terbesit dalam otak mereka kalau Iluv akan datang dengan penampilan yang… yang sangat tidak sesuai untuk ke pesta. Kaos pink bergambar Tinker Bell dan hot pants selutut berwarna putih membalut tubuh mungil Iluv. Lengkap dengan sandal Hello Kitty menghiasi kakinya. Rambutnya dibiarkan tergerai tanpa bandana maupun jepit. Tidak ada aksesoris apapun yang menghiasi Iluv. Dan yang makin membuat Ranti tidak habis pikir, Iluv tidak memakai make up apapun. Bahkan bedak sekalipun. Wajah imutnya benar-benar polos.
Vedo, yang sudah bergabung sejak Ranti dan Yayan datang, ikut takjub dengan penampilan Iluv. Tapi, entah mengapa, bagi Vedo, Iluv tampil lebih cantik dibanding sebelumnya. Walau tidak memakai gaun, high heels, dan make up, kecantikan Iluv malah lebih terpancar karena kepolosan dan keluguannya malam ini.
“Aku emang kalah taruhan,” Iluv membuka suara. Matanya menatap Jessi tajam. “Taruhan bodoh yang sebenernya dari awal tuh nggak harus aku terima. Cuma karena ketololan, aku sampe musuhin sahabat terbaik yang aku punya.”
Ranti memegang tangan Iluv, namun Iluv melepasnya perlahan seraya tersenyum kecil.
“Tapi, walaupun kalah, aku nggak akan biarin orang kayak kamu ngerasa menang. Kamu tetap kalah. Nggak ada pemenang buat taruhan nggak penting kayak ini.”
“Oh ya?” Jessi mencibir lagi. “Lo nggak berhasil bikin Vedo suka dan nembak elo. Itu artinya lo kalah dan gue menang.”
“Kamu sendiri?” balas Iluv. “Apa berhasil menarik perhatian Vedo? Selama di sekolah ini kamu tuh udah jadi pecundang karena nguber cowok yang jelas-jelas udah nolak kamu teang-terangan. Itu yang dibilang pemenang?”
“Lo…”
“Apa?” tantang Iluv. “Kesalahan terbesar yang udah kita buat demi taruhan ini, karena kita mainin perasaan orang. Kita jadiin perasaan Vedo sebagai taruhan. Padahal, kita tau kalo perasaan tuh nggak bisa diatur. Kamu, yang berfikiran lebih sempit dari sarang tikus, pasti mikir kalo cowok bakal langsung takluk cuma dengan penampilan dan kekayaan kamu. Padahal, ada banyak hal yang lebih penting buat diperhatiin daripada dua hal itu. Ranti udah buktiin ke kamu. Dia berhasil memikat Vedo dan Yayan sekaligus. Padahal dia nggak pernah tampil glamour atau borju kayak kamu. Dia bersikap apa adanya, layaknya seorang pelajar. Kalau dia ikut taruhan kita, dialah pemenangnya. Bukan dua pecundang kayak kita.”
“Lo emang pecundang. Tapi gue, tetap pemenang!” ucap Jessi angkuh.
“Orang yang menganggap diri sebagai pemenang, padahal nggak satu pun orang sependapat dengan dia, itu baru pecundang sejati,” Vedo ikut bersuara. “Iluv emang kalah, tapi dibanding lo, dia adalah pemenang. Gue nggak suka dijadiin taruhan. Tapi, gue tetep ngakuin kalo Iluv pemenang. Taruhannya, gue suka dan nembak dia kan? Gue emang nggak bisa nembak dia buat jadi pacar gue. Tapi, gue suka dia sebagai adik termanis yang gue kenal. Dia tetep menang kan?”
Wajah Iluv dan Jessi sama-sama merah, namun dengan alasan berbeda. Iluv merah karena tidak menyangka Vedo akan memujinya, sementara Jessi merah karena menahan marah Vedo membela Iluv.
“Lo semua tuh brengsek!” umpatnya seraya berbalik, dan…
BRAK! PRANG!
Jessi menabrak salah satu pelayan yang sedang membawa nampan berisi minuman untuk para tamu. Dia melotot garang melihat gaun kesayangannya terkena tumpahan minuman.
“Lo juga brengsek!” makinya pada pelayan itu. Lalu, dia berjalan keluar meninggalkan pesta, diikuti antek-antek setianya.
“Iluv…” Ranti langsung memeluk sahabat baiknya itu setelah Jessi dan para kroninya menghilang. “Aku sayaaaaaang banget sama kamu. Walaupun kamu norak, tulalit, kadang nyebelin, aku tetep sayang. Kamu satu-satunya orang yang tulusnya nggak dibuat-buat.”
Iluv hanya tersenyum sambil membalas pelukan Ranti.
“Aku nggak tau kalo kamu bisa main gitar,” ucap Yayan kagum. “Kapan belajarnya?”
Bukannya menjawab, Iluv malah nyengir. Dia melepaskan pelukannya. “Yang main gitar bukan aku. Tapi salah-satu panitia di belakang panggung. Tadi tuh cuma acting aja biar keliatan keren. Hehehe…”
Yayan mengacak rambut Iluv dengan gemas. Sementara Vedo hanya tersenyum lega.
“Oh iya. Minggu depan kan aku ultah. Mama mau bikin acara. Soalnya, Papa lagi dapet rejeki lumayan.”
“Wahh… asik nih!!” ucap Ranti semangat.
“Kalian semua harus dateng,” perintah Iluv. “Ng… Kak Vedo juga ya…”
Vedo mengangguk pelan sambil tetap tersenyum.
^^.
Acara ulang tahun Iluv cukup meriah. Acara itu diadakan di salah satu hotel. Papanya mengundang salah satu band indie yang cukup terkenal. Iluv benar-benar senang. Apalagi semua undangannya datang. Om Gerald dan istrinya juga datang, khusus untuk menghadiri ulang tahun Iluv.
Kali ini Iluv melupakan kaus dan jinsnya. Dia mau memakai gaun, make up, dan high heels. Dia berjanji ini terakhir kalinya dia tampil glmaour. Gaun, make up, dan high heels bukanlah ciri khasnya dan bukan sesuatu yang membuatnya nyaman.
Sebenarnya dia juga mengundang Jessi. Namun gadis itu tidak mau datang. Iluv tidak terlalu peduli. Datang, silakan, tidak datang malah lebih bagus.
“Yak, inilah yang sedang berbahagia malam ini, Princess Luvita,” ujar Made yang ditunjuk Iluv sebagai MC.
Iluv tersenyum kecil. Dia berdiri di depan kue ulang tahunnya, didampingi Mama, Papa, Ranti, Yayan, dan… Vedo. Mereka berempat menjadi akrab. Terutama Yayan dan Vedo yang ternyata sama-sama maniak game online.
Diiringi dengan lagu dari para undangan, Iluv meniup lilin berbentuk angka 15. Kemudian dia memotong kue. Potongan pertama diberikan untuk kedua orangtuanya. Potongan kedua untuk Ranti dan Yayan. Potongan ketiga untuk Vedo.
“Buat aku?”
Iluv menoleh. Tampak sosok Gilbert, berdiri di antara para undangan sambil tersenyum manis. Iluv balas tersenyum. Dia kembali memotong kue untuk Gilbert. Perlahan, Iluv melangkah menuju Gilbert. Bukan Princess Luvita kalau tidak mengalami kecelakaan. Mungkin karena terlalu gugup, Iluv kurang konsentrasi dengan sepatu berhak lima belas senti yang dipakainya hingga dia terjatuh dengan bunyi gedebuk yang cukup keras. Iluv yakin lututnya lecet dan hak sepatunya patah. Kue di tangannya melayang dan mendarat dengan sukses di wajah Gilbert.
“Ugh! Selalu bikin masalah!” batin Iluv pada dirinya sendiri,
Dia menatap Gilbert takut-takut sambil nyengir lebar, masih dengan posisi terjatuh.
The End
4 comments:
CERBUNG INI KEREN BANGET DEH SERIUSSS!!! SUKA BANGETTT AHHH! Hebat, bahasanya rapiiih, nyantai, jadi bikin kebawa alur jugaaa :D
Cuma aku agak aneh aja..ini ceritanya kan disumatera ya? Kok ada yang (banyak malah0 pake gue-elo juga? Heheee..kalo menurutku sih enak aku-kamu sekalian. Tapi nggak terlalu banyak ngaruh juga sih, ini cerita tetep incredible!
Dari awal aku juga udh nayngka si vedo sukanya ama si ranti....untung aja ya nggak nerima si rantinya pas vedo nembak ahahaha sama yayan lagi! COOL KEJUTAN!
Seriusss deh bikin cerbung gini lagi dong. Keren bangetttt ditunggu ya :D
CERBUNG INI KEREN BANGET DEH SERIUSSS!!! SUKA BANGETTT AHHH! Hebat, bahasanya rapiiih, nyantai, jadi bikin kebawa alur jugaaa :D
Cuma aku agak aneh aja..ini ceritanya kan disumatera ya? Kok ada yang (banyak malah0 pake gue-elo juga? Heheee..kalo menurutku sih enak aku-kamu sekalian. Tapi nggak terlalu banyak ngaruh juga sih, ini cerita tetep incredible!
Dari awal aku juga udh nayngka si vedo sukanya ama si ranti....untung aja ya nggak nerima si rantinya pas vedo nembak ahahaha sama yayan lagi! COOL KEJUTAN!
Seriusss deh bikin cerbung gini lagi dong. Keren bangetttt ditunggu ya :D
Sorry yaaa menuhin. Yang pertama yang meta itu tadi harusnya akuuu(puteripa/zahra), salah pake blog. Ternyata yang punya temenku belum ke log out. Heheee
makasih udah baca :D
makasih juga atas masukannya :)
makasih yaaa :)
Post a Comment