Bab 1
Gaharnya terik matahari yang menyerang permukaan bumi tidak menyurutkan teriakan heboh dari penonton pertandingan sepakbola antar SMA se-Sumatera yang berlangsung di Palembang. Stadion Gelora Sriwijaya penuh sesak oleh pendukung masing-masing tim. Hari ini adalah final antara SMA Gelora Medan versus SMA Ganesha Palembang. Stadion sepakbola yang biasanya didominasi oleh para kaum Adam, kali ini malah penuh sesak oleh kaum Ibu Kartini. Cewek-cewek yang sedang berteriak penuh semangat itu benar-benar menunjukan kalau laki-laki dan perempuan sudah sejajar dalam segala hal, termasuk hobi.
Sebenarnya, alasan utama para cewek-cewek yang mayoritas anak mall itu bersedia datang berpanas-panas ria ke stadion bola karena kehadiran Orlando Vedora, atau yang lebih akrab disapa Vedo. Nyaris seluruh siswi perempuan di SMA se-Palembang kenal siapa Vedo. Bintang lapangan sejak menduduki bangku kelas 1 SMP. Dari kabar yang dibawa oleh para burung, Vedo ditarik untuk masuk tim profesional. Namun dia menolak dengan pernyataan sepakbola hanya merupakan hobi, bukan pekerjaan. Banyak pihak yang menyayangkan keputusan Vedo tersebut. Namun Vedo tetap santai, bahkan terkesan tidak perduli.
Alasan lain cewek-cewek semangat menonton pertandingan kali ini karena ini merupakan pertandingan terakhir yang akan diikuti Vedo. Setelah pertandingan ini, Vedo akan menarik diri dari dunia sepakbola untuk memfokuskan diri di pelajaran. Sesuai impiannya, begitu lulus SMA dia akan melanjutkan ke luar negeri untuk mempelajari lebih dalam tentang perhotelan. Kemungkinan besar dia akan melanjutkan ke Singapura. Makanya, para klub pecinta Vedo tidak akan menyia-nyiakan kesempatan terakhir ini. Puluhan handycam, kamera digital, sampai teropong memenuhi barisan penonton.
“Yan! Ran! Tuh Vedo! Vedo liat sini! Yeeee!!! VEDO!!! I LOVE YOU!!!” teriak seorang gadis.
Yayan hanya tersenyum kecil melihat tingkah sahabatnya itu. Sementara Ranti, gadis di sebelahnya geleng-geleng kepala.
“Jangan norak deh, Luv,” semprot Ranti.
“Nggak norak, nggak idup, tauuk…” balas Iluv. “VEDOOO!!! LIAT SINI LAGI DOOONG!!!”
“Ampun deh punya sahabat kayak kamu nih…” gumam Ranti.
Iluv pura-pura tidak mendengar. Dia masih berteriak dengan semangat sambil melemparkan yel-yel yang baru diciptakannya secara spontan.
“HIDUP VEDO KEREN! HIDUP VEDO CAKEP! VEDO! VEDO! VEDO! YEEEII!!!”
“Duuhh!! Norak banget sih!?”
Kali ini bukan Ranti yang menegur Iluv. Yayan, Ranti, dan Iluv sendiri, kompak menoleh ke belakang. Jessica Alverita, kakak kelas mereka sekaligus cewek tercantik, terpopuler, dan ter-ter yang lain di SMA Ganesha. Bukan rahasia umum lagi kalau Jessi, panggilan akrabnya, mengincar Vedo sejak masuk SMA. Tapi, Vedo tidak pernah memberikan reaksi positif. Hal itu membuat seluruh cowok-cowok SMA Ganesha melongo kaget dan cewek-cewek menghela nafas lega. Bagi para cowok, Vedo bukan cowok normal. Bagaimana bisa dibilang normal kalau menolak sosok sempurna sekaligus menggiurkan seperti Jessi sementara mereka mati-matian banting tulang, memutuskan urat malu, dan berbagai kehebohan lain untuk menarik perhatian gadis itu, sementara Vedo yang sudah ketiban cinta Jessi malah menolak mentah-mentah.
Para cewek menghela nafas lega karena lega Vedo tidak menjadi milik si Ratu Buaya alias Queen of Drama Jessi. Segala macam akal bulus bin licik bin picik bin curang bin keji bintitan (uups…) dikerahkan untuk memikat Vedo, tetap sia-sia. Jangankan digubris, sekedar melirikpun tidak. Itulah yang membuat Jessi penasaran setengah mati dengan sosok cool Vedo.
“Biasa aja dong! Nggak pernah nonton pertandingan bola ya? Tinggal di hutan mana?” sambung Agne, salah satu kroni Jessi.
“Jangan diladeni,” bisik Ranti seraya kembali menatap lapangan.
Yayan dan Iluv menurut. Mereka juga kembali menatap lapangan. Tiba-tiba sorak penonton meneriakan ‘GOOOOLLL’ memenuhi stadion. Seluruh penonton berdiri di atas bangku masing-masing. Iluv ikut berdiri sambil meneriakan nama Vedo.
“YEEE!! VEDO HEBAT! GOOOOOOLLL!!” teriaknya sambil loncat-loncat di atas bangku.
“Luv, ntar kamu jat…”
Belum selesai kalimat Yayan. Terdengar bunyi ‘gubrak’ cukup keras. Tabrakan beruntun! Iluv terjatuh dan tidak sengaja mendorong orang di depannya. Orang itu ikut jatuh hingga menabrak orang di depannya lagi. Terus menyambung hingga ke bangku paling bawah. Iluv memegang kepalanya yang terbentur bangku.
“Vedo, yeeee…” gumamnya tidak jelas. Tak lama kemudian gadis itu pingsan.
^^.
Princess Luvita, alias Iluv, melangkahkan kakinya menuju kelas. Sebuah plester menempel di keningnya akibat kejadian kemarin. Dia memegang kepalanya yang masih nyut-nyutan.
“Masih sakit, Luv?” tanya Ranti sambil menaikan kacamatanya yang sedikit melorot.
“Gitu deh…” jawab Iluv.
“Kamu juga sih heboh bener. Si Ratu Buaya sampe ngompol waktu liat kamu jatoh,” sambung Yayan.
“Buaya ngompol?” tanya Iluv bingung. “Emang kemaren buaya masuk stadion ya? Kok aku nggak liat sih?”
Ranti menempeleng kepala Iluv dengan geram. Sahabatnya ini selain konyol, norak, ajaib, tulalit pula. Kalau saja tidak ingat mereka sudah bersahabat sejak bayi, amit-amit Ranti mau dekat dengan Iluv. Takut ketularan tulalit.
“Jessi, Princess!” geram Ranti.
Iluv melongo sebentar. Kemudian mengangguk-angguk sok ngerti. “Oh… Ratu Buaya. Trus, kok bisa ngompol?”
“Ampun deh!! Kamu aja deh yang jelasin,” ujar Ranti pada Yayan dengan nada putus asa.
“Princess Luvita, maksud aku si Jessi tuh nyaris ngompol karena nafsu banget ketawa waktu kamu jatoh.”
Wajah Iluv memerah. “Jadi tuh nenek sihir ngetawain aku? Dasar rese! Harus dibasmi tuh! Udah seenaknya mau deketin Orlando Vedora-ku, ngetawain aku pula. Bener-bener nggak bisa dimaafin!” ujarnya seraya berjalan cepat menuju kelas Jessi.
“Ihh! Udah norak, tulalit, emosian lagi. Kacau bener sih Iluv! Ibunya ngidam apa sih waktu hamil dia?” semprot Ranti sambil mengejar Iluv. “Mana kalo ngomel suka nggak mikir. Nggak tau siapa Jessi ya?”
“Tenang dulu…” ucap Yayan.
“Gimana bisa tenang, tuh anak…”
“HEH! ROTI BUAYA!” teriak Iluv pada Jessi, memotong ucapan Ranti.
Ranti dan Yayan melongo kaget. Ranti menepuk jidatnya sendiri. Sudah suara cempreng, volume maksimum, parahnya… salah ngomong! Lengkap sudah.
Jessi menoleh ke arah Iluv dengan pandangan sinis. “Ngapain nyari roti buaya di sini? Otak lo konslet gara-gara jatoh kemaren?”
“Otak kamu tuh yang konslet! Dasar cewek nggak jelas! Udah kecentilan deketin Vedo-ku, pake ngetawain orang jatoh lagi. Bukannya nolongin. Dasar Buaya nggak punya hati!”
“HEH! Jaga tuh mulut!” bentak Jessi sambil mendorong bahu Iluv. “Wait… lo tadi ngomong apa? VEDO-KU? WHAT? Nggak salah? Ngaca dulu dong! Punya kaca kan di rumah?”
Iluv membuka tasnya dan mengeluarkan cermin kecil yang memang selalu dibawanya. “Nih kaca!” semprotnya. “Ngapain nyuruh ngaca?”
Jessi merampas cermin itu dari tangan Iluv. “Kalo udah punya ya dipake!” semprotnya judes seraya menyodorkan cermin itu di depan wajah Iluv. “Denger ya cewek aneh, Vedo tuh jelas-jelas punya gue. Jangan ngimpi deh makhluk nggak jelas kayak lo gini bakal dapetin Vedo.”
“Jelas-jelas Vedo tuh udah nolak kamu! Artinya dia nggak mau sama kamu!”
“Apaan nih?”
Entah sejak kapan, tiba-tiba Iluv dan Jessi sudah dikelilingi orang-orang yang asik menonton perdebatan mereka. Semua mata ganti menatap sumber suara dingin yang baru terdengar. Vedo, dengan langkah pelan dan penuh pesona, menerobos kerumunan untuk menuju bangkunya.
“Norak,” gumamnya.
“Vedo, nih cewek yang ngajak aku ribut duluan. Masa dia manggil aku Buaya?”
Vedo menatap Jessi dingin. “Hubungannya sama gue?” ucapnya seraya berlenggang keluar kelas, bergabung dengan teman-temannya yang sudah berkumpul di depan kelas.
Jessi menggertakan giginya dengan geram sambil terus menatap sosok Vedo yang menjauh.
“TUH KAN! Vedo tuh nggak suka sama kamu! Mending kamu nggak usah ganggu dia lagi,”
Jessi kembali menatap Iluv. “Heh, Freaky, lo ngerasa bisa ngalahin gue? Lo nggak nyadar juga ya? Gue aja belum berhasil narik perhatian dia, apalagi lo yang nggak jelas gini?”
Iluv berkacak pinggang gusar. “Aku buktiin kalo aku bisa dapetin Vedo dan bikin kamu gigit jari!”
“WAW!” sinis Jessi sambil bertepuk tangan. “Gede juga nyali lo. Oke. Kalo lo emang yakin banget, gue mau tantang lo. Kita taruhan. Kalo dalam waktu satu bulan lo berhasil bikin Vedo ngelirik dan nembak elo, gue bakal akui lo emang hebat dan gue nggak bakal ganggu Vedo lagi. Tapi, kalo kebalikannya, lo yang nggak boleh gangguin Vedo. Gimana?”
“Setuju!” ucap Iluv semangat.
Ranti melongo kaget. Yayan menghela nafas putus asa. Keduanya menarik Iluv menjauhi Jessi. Namun, Iluv berontak.
“Tunggu dulu!” ucapnya pada Ranti dan Yayan. Lalu dia kembali menatap Jessi. “Aku terima tantangan kamu.”
“Oke,” dengus Jessi. “Mulai besok lo bisa beraksi. Good luck deh. Moga Dewi Fortuna dan Dewi Amor lagi berpihak sama lo. Jangan aja Shinigami ikut berpihak,” ledeknya seraya mengajak para kroninya meninggalkan Iluv.
“Kamu tuh udah gila beneran ya?” semprot Ranti setelah Jessi and the geng sudah benar-benar menghilang.
“Luv, kamu nyadar nggak sih udah ngelakuin apa? Kita nih baru kelas satu. Sedangkan mereka kelas 3,” tambah Yayan.
Iluv berjalan meninggalkan kelas XII IPA 3, kelas Jessi sekaligus Vedo, diikuti oleh Yayan dan Ranti.
“ILUV…” geram Ranti.
“Apaan sih, Ran?”
“APAAN? Ini udah gawat, Luvita!” semprot Ranti judes. “Pake nalar aja deh, Luv. Cewek kayak Jessi aja nggak dilirik. CATET! NGGAK DILIRIK! Apalagi kamuuu!!”
“Kamu nggak percaya sama aku?” tanya Iluv sedikit tersinggung.
“Bukan gituuuuu…” mati-matian Ranti menahan emosi. “Bantuin dong, Yan!” serangnya pada Yayan.
Yayan menggaruk lehernya bingung. “Maksud Ranti tuh gini, Luv. Tipe cewek yang disukai Vedo tuh pasti tinggi banget. Gue sebagai cowok aja mengakui. Kalo Jessi yang cantik, seksi, lumayan pinter, yah… singkatnya nyaris perfect aja ditolak, apalagi kamu. Aku bukannya nggak percaya. Cuma…” Yayan menatap Ranti. “Gimana cara nyampeinnya?”
“Gampangnya, peluang kamu dapetin Vedo tuh sama kayak ngarepin kucing sama anjing jadi sahabat sejati. Dengan kata lain nggak mungkin.”
Iluv terdiam. Bukan karena memikirkan ucapan Ranti dan Yayan, tapi karena berusaha mencerna ucapan kedua sahabatnya itu. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri. Bola matanya berputar pelan.
“Batalin sekarang! Belum telat kok!” ujar Ranti.
Bola mata Iluv berhenti berputar. Dia menatap Ranti. “Nggak! Itu kesempatan aku buat buktiin sama si Ratu Buaya itu kalo aku bisa dapetin Vedo.”
“Iluv…” ucap Ranti dengan putus asa. “Kamu tuh cuma bakal dibuat malu oleh Jessi.”
Iluv memegang bahu Ranti dengan senyum menyebalkan tersungging di bibirnya. “Tenang… santai… aku pasti bisa…”
Ranti benar-benar putus asa. “Terserah kamu deh…” ucapnya.
Yayan hanya tersenyum lemah.
“Nah… kalo kalian berdua nggak bawel lagi, aku jadi lebih semangat. Kalian pasti mau bantu aku kan?”
Ranti dan Yayan saling pandang, lalu mengangguk pelan.
“Oke. Hari ini kita mulai susun strategi ‘Cara Menaklukan Vedo’ di rumah aku, oke.”
Ranti kembali mengangguk pasrah. Dia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Iluv. Bagaimana mungkin gadis itu merasa bisa mendapatkan Vedo sementara sosok seperti Jessi saja ditolak. Oke, bukan hanya Jessi. Vedo menolak seluruh cewek yang mendekatinya. Mulai dari Chery, saingan Jessi dalam berbagai hal, Dina, gadis anggun nan pintar, Silva, fotomodel yang sedang naik daun, Devi, Kika, Lonni, and so much anymore. Semuanya sudah memiliki modal yang lebih dari cukup untuk menarik perhatian cowok manapun. Fisik mereka jelas menarik, beberapa di antara mereka juga punya otak yang bagus. Namun, tetap tidak dilirik oleh Vedo.
Dan sekarang, tiba-tiba muncul gadis dari dunia lain bernama Princess Luvita, mencoba meneruskan perjuangan gadis-gadis yang sudah gugur itu. Terlalu jahat jika dikatakan ‘dari dunia lain’. Iluv tidak seburuk itu. Ranti mengakui kalau Iluv tidak jelek. Bahkan masuk kategori lumayan.
Iluv memiliki wajah yang imut manis, persis anak kecil, dengan kedua bola mata bulat dan bening. Hidungnya mancung bangir dengan bibir mungil nan tipis. Rambutnya ikal, panjang sebahu, dan berwarna hitam berkilau. Secara fisik benar-benar not bad.
Sayangnya, kelakuan Iluv kadang amat norak. Tidak pernah berfikir, baik dalam bertindak maupun berucap. Semua tindakan dan ucapannya bisa dikatakan nyaris tidak ada yang diproses otak. Dan kalau tulalitnya lagi kumat, hanya Ranti, Yayan, dan orangtua serta keluarganya, yang bisa menahan emosi untuk tidak memukul kepalanya dengan palu agar otaknya kembali ke tempat semula. Sangat mustahil cowok seperti Vedo berminat pada Iluv.
“Ngomong-ngomong…” Iluv membuyarkan lamunan Ranti. “Shinigami tuh apaan sih?”
Ranti membuang muka putus asa sementara Yayan mengusap wajahnya, menahan tawa.
“Dewa kematian!” jawab keduanya kompak.
“Ohh…” Iluv mengangguk-angguk. “Jessi tadi bilang jangan aja shinigami ikut berpihak sama aku. Berarti dia nggak mau aku mati dong! Dia perhatian juga ya…”
Ranti dan Yayan kembali saling pandang, menahan frustasi. “Whatever…” komentar mereka.
^^.
“Sebelum mulai, aku mau jelasin beberapa hal,” ucap Ranti. “Pertama, aku bantu kamu bukan karena aku dukung kamu dalam taruhan nggak jelas ini, tapi karena kita udah sahabatan seumur hidup. Kedua, kamu harus nurut sama semua perintah aku demi kelancaran misi kamu dapetin Vedo dan menang taruhan dari Jessi. Setuju?”
Iluv memeluk Teddy Bear-nya, lalu menatap Yayan. Yayan mengangkat bahu sambil menikmati keripik kentang milik Iluv. Kemudian Iluv kembali menatap Ranti.
“Setuju deh,” ucapnya.
“Oke,” Ranti mengeluarkan binder dari dalam tasnya dan mengambil posisi siap menulis. “Ada tiga langkah biar misi ini lancar. Pertama, perubahan. Kedua, pendekatan. Dan ketiga, penyelesian.”
“Maksudnya?” tanya Iluv bingung.
Ranti menatap Iluv tajam dari balik kacamatanya. “Jangan potong kalo aku lagi ngomong,” serangnya galak. Matanya kembali menatap binder sambil menulis. “Pertama, perubahan. Banyak yang harus diubah dari kamu. Kalo masalah fisik, nggak begitu berat. Tinggal dipoles dikit udah bisa bagus. Yang bener-bener perlu ditata dari kamu adalah KEPRIBADIAN.”
“Emang kepribadian aku kenapa? Ada yang salah?” tanya Iluv sambil cemberut.
Ranti kembali menatap Iluv. “Mau dibantuin nggak?”
Iluv mengangguk cepat.
“Diem dulu. Tunggu aku bilang, ‘ada pertanyaan’ baru kamu boleh nanya. Selama kalimat itu belum muncul dari mulut aku, kamu nggak boleh ngelemparin pertanyaan apapun. Ngerti?”
“Galak amat sih, Ran. Santai aja dong!” ucap Yayan sambil mengintip binder Ranti.
“Kalo udah berurusan sama Ratu Buaya Jessica itu, nggak bisa lagi pake kata santai. Kalo kalah, harga diri juga jadi taruhan. Dan bukan cuma Iluv yang kena. Kita berdua juga pasti ikut kena.”
“Up to you, dah…” balas Yayan. Dia kembali asik makan keripik.
Ranti menaikan kacamatanya. “Nggak ada yang salah sama kepribadian kamu. Tapi, kalo nggak diubah kamu nggak mungkin bisa narik perhatian Vedo atau cowok manapun.”
“Termasuk aku dong?” sambung Yayan.
Ranti menatap Yayan jutek. “Nggak usah nyambung!” bentaknya galak.
“Sori…” ucap Yayan cuek. “Kalo menurut pendapat aku, buat apa sih berubah demi orang lain? Kan lebih enak jadi diri sendiri.”
“Betul! Aku setuju sama Yayan. Kalo Vedo suka aku, dia harus terima aku apa adanya dong!” sambung Iluv.
“Yang jadi the biggest problem sekarang adalah kenyataan kalo Vedo nggak suka sama kamu. Bahkan, mungkin dia malah nggak tau kalo makhluk kayak kita ada di sekolah yang sama dengan dia. Bagi orang-orang kayak Vedo, kita nih cuma pelengkap daftar absensi kelas. Kalo kamu bertekad nggak mau berubah, jangan harap Vedo bakal ngelirik kamu. Kalo mau jujur, aku juga lebih suka kamu kayak gini. Nggak pake acara berubah-berubah segala apalagi cuma buat taruhan. Sekarang, kamu mau lanjut aku bantuin apa cari jalan sendiri?”
“Ya deh. Bantuin…”
“Oke. Sekarang kamu diem dan simak apa yang bakal aku ucapin karena aku paling nggak suka ucapan aku dipotong apalagi ngulang ngomong dua kali. Kamu juga diem, Yan.”
“Iyee… aku nggak bakal ngomong…” ucap Yayan.
Mimik wajah Ranti benar-benar serius saat dia menatap Iluv. “Aku nggak akan ngubah semua kepribadian kamu. Tepatnya, aku bukan mau ngubah kepribadian kamu, tapi memperbaikinya. Sebelum masuk kepribadian, aku bakal permak fisik kamu sedikit. Kayak yang udah aku bilang, fisik kamu itu not bad. Nggak harus bener-bener dipermak, hanya sedikit diperbaiki. Permak fisik kamu cuma memakan waktu sehari dan kita mulai hari minggu nanti. Yayan, kamu jadi supir.”
“Apa untungnya?”
Ranti menatap Yayan tajam. “Mau pake perhitungan jasa?”
Yayan nyengir. “Nggak. Maaf deh… nggak nyambung lagi.”
“Oke,” Ranti kembali pada Iluv. “Kedua, pendekatan.”
“Lho? Udah masuk yang kedua. Yang pertama tadi udah selesai?”
“Iiihhhh…” Ranti benar-benar harus menahan diri untuk tidak menjitak kepala Iluv. “Makanya dengerin. Aku kan tadi udah bilang nggak akan ngulang ngomong! Sekarang dengerin! Kedua adalah pendekatan. Kalo aku udah berhasil pemak kamu, baik fisik maupun sikap, aku sama Yayan bakal bantu kamu buat deketin Vedo. Target pertama kita nggak langsung bikin Vedo naksir kamu. Itu masih bener-bener jauh. Yang pertama harus kita lakuin adalah, bikin Vedo nyadar kalo kamu itu ada. Aku sama Yayan bakal ngumpulin berbagai informasi tentang Vedo. Siapa tau ada yang bisa digunain biar kamu sama dia nyambung.”
“Kalo informasi tentang Vedo, aku tau!” ucap Iluv semangat. “Lahirnya di Sydney, 31 Januari. Makanya tampang dia agak-agak indo gitu. Zodiaknya Aquarius. Hobi dia sepakbola. Tapi cita-citanya bukan jadi pemain bola. Dia pengen jadi manager hotel, makanya dia mau ngelanjutin sekolah di Perhotelan. Musik favorit dia yang tenang, kayak jazz atau musik-musik klasik. Nggak suka sama musik yang berisik kayak rock, teruuus…” Iluv terdiam begitu melihat raut Ranti. Dia nyengir kuda. “Sori. Lanjutin deh…”
Ranti melanjutkan. “Ketiga, sekaligus klimaks dari taruhan ini, adalah proses penyelesaian. Ini merupakan penentuan. Hari terakhir dari waktu yang udah kamu sepakati sama Jessi. Di sini, aku sama Yayan nggak berperan banyak. Semua keputusan ada di tangan Vedo. Kalo nggak salah, sebulan lagi tuh tepat hari ultah sekolah kita. Jadi, kemungkinan besar Jessi ngincar malam Pensi sebagai hari terakhir. Dia pengen seluruh penghuni sekolah tau siapa pemenang taruhan kalian.”
Iluv terdiam. Yayan juga mulai memperhatikan ucapan Ranti.
“Sekarang, aku mau ngasih tau hal terpenting,” raut Ranti lebih serius lagi. “Jangan sampe Jessi atau Vedo sendiri nginjek harga diri kamu. Jessi udah merancang taruhan ini buat bikin malu kamu. Aku nggak mau itu terjadi, makanya aku mau bantu kamu. Jessi pasti yakin kalo kamu nggak bakal menang. Jujur, aku sepakat sama dia. Tapi, kalo pun nanti kamu kalah, jangan kalah secara memalukan. Tapi, kamu harus kalah dengan terhormat. Minimal, kamu dekat sama Vedo sebagai teman dan dia mengakui keberadaan kamu. Ada pertanyaan?”
Iluv menggeleng. “Eh, ada,” sambungnya buru-buru. “Kapan mulai beraksi?”
“Besok. Malam ini aku mau nyusun jadwal dulu. Besok kita mulai semuanya. Siap kan?”
Iluv mengangguk semangat. “VEDOO!! I’M COMING, BABE!!”
“TERAKHIR!” serang Ranti galak. “Jangan NORAK!”
Iluv nyengir lebar. Yayan hanya geleng-geleng kepala, lalu kembali mengunyah keripik.

No comments:
Post a Comment