Halooo!!
Setelah tahun lalu ramai #WeddingLit, tahun ini Bentang Pustaka kembali menerbitkan series terbaru. Mengambil tema utama makanan, lahirlah #YummyLit di antara kita~
Dalam rangka merayakan kelahiran seri terbaru ini, sekaligus meramaikan Hari Buku Nasional, aku, Mbak Dy Lunaly, bersama Mbak Ayuwidya ingin berbagi kebahagiaan dengan teman-teman sekalian sekaligus bagi-bagi hadiah.
Mau? Tertarik? Berminat?
Caranya gampang banget. Baca dulu aturan mainnya yak~
1. Share banner ini di akun twitter & IG kalian
Jangan lupa mention atau tag IG @bentangpustaka. Follow juga akun Twitter @elpuspita, @dylunaly, dan @AyuwidyA.
2. Buatlah FF (Flashfiction ya, bukan FanFic) di blog masing-masing, maksimal 300 kata, dengan pilihan tema; Pumpkin Spongecake, Strawberry Cheesecake, atau Tiramisu (cukup salah satu). Hidangan manapun yang kalian pilih HARUS jadi bagian penting di cerita, bukan sekadar tempelan (mis, cuma disebut itu makanan favorit tokoh, atau makanan yang dipesan tokoh, NO). Pastikan salah satu dari hidangan itu yang membuat cerita berjalan.
3. Share link FF kalian dengan format tweet; "Aku ikut #FlashFictionYummyLit dalam rangka Hari Buku Nasional! baca di (link FF) @bentangpustaka @elpuspita @dylunaly @AyuwidyA
4. Flash Fiction #YummyLit ini berlangsung sejak tanggal 17 Mei 2016 s/d 24 Mei 2016 pukul 23.59 WIB. Pengumuman pemenang akan diberitahukan pada tanggal 29 Mei 2016
5. Satu pemenang dengan FF paling menarik akan mendapatkan hadiah menarik berupa paket lengkap #YummyLit
terbaru dari Bentang Pustaka (Déessert, Strawberry Cheesecake, dan Il Tiramisu) + Voucher Toko Buku Gramedia sebesar Rp
50.000
Gimana? Cukup jelas kan? Kalau ada yang mau ditanyakan, jangan ragu buat mention langsung.
Ditunggu Flash Fiction terbaiknya! Jangan sampai kelewatan yak!
Selamat Hari Buku Nasional
tempat pelampiasan terbaik di kala kepala terlampau penuh, namun mulut terlalu malas/lelah untuk berucap.
Tuesday, May 17, 2016
Sunday, April 10, 2016
Rahasia Dapur “Déessert”
Holaaa!
I’M BACK!
Gila, udah
lama banget gak nge-blog... *bersih-bersih sarang laba-laba*
Aku datang
membawa sebuah kabar gembira! Lupakan ekstrak kulit manggis. It’s 2016, dude. Please
--“
Tahun lalu,
Bentang Pustaka, tepatnya lini Pustaka Populer, ngeluarin series #WeddingLit. Novelku
yang terbit di awal tahun 2015 kemarin, Pre Wedding in Chaos, bergabung di
series itu. Tahun ini, Bentang Pustaka balik lagi ngeluncurin seris #YummyLit. Dan
aku kembali ikutan dengan novel terbaruku yang berjudul.... *drumroll*
"Déessert (Hatiku dan hatimu, tahu apa yang dipilihnya)"
Seperti biasa,
aku akan cerita proses kreatif di balik pembuatan anak ke-4 ini. Sebelumnya,
mari kita lihat penampakan covernya~
...dan blurp-nya...
Bagi sebagian orang, cinta SMA hanyalah salah satu kenangan masa remaja yang mudah saja untuk dilupakan. Tapi, bagaimana jika ia kembali hadir di masa kini? Dengan sosok yang jauh berbeda daru masa lalu. Lebih tampan, lebih berkharisma, dan lebih berpotensi kembali mencuri hati?Naya begitu kaget melihat Dewa kembali ke Tanah Air, setelah selama delapan tahun sekolah dan bekerja di Australia. Karena campur tangan Lulu, sahabat sekaligus partner bisnis Naya, pria itu kini membantu mengurusi calon resto baru Naya dan Lulu, sebagai chef pastry. Namun, semuanya jadi tidak mudah. Di tengah kesibukan jelang pembukaan Dapoer Ketje, keduanya justru melancarkan aksi perang dingin dengan ego masing-masing.Suasana makin diperparah dengan kehadiran Ava, mantan kekasih Dewa yang datang dari Australia. Juga Dipati, mantan Naya yang seorang artis. Perang dingin di antara mereka tampaknya akan meledak, memuntahkan segala ganjalan yang telah tersimpan selama bertahun-tahun. Sesuatu yang menyadarkan mereka bahwa masa lalu itu belum sepenuhnya selesai.
GIMANAAAA??
Udah baper? Galau? Kangen mantan?
HAHAHAHAHASAMAHAHAHAHAHAHA
Tapi bohong~
Sejujurnya
proyek satu ini udah terpending lama, karena suatu dan lain hal. Aku sendiri
nulis ini langsung begitu kelar PWiC. Jadi, tahun... 2014 kemarin, Mbak Noni,
editor Pustaka Populer saat itu, mengeluarkan ide tentang #WeddingLit dan
#YummyLit ini. Aku dikasih waktu 4 bulan untuk satu naskah. Jadi total 8 bulan ‘kerja
rodi’ ngelarin keduanya, yang Alhamdulillah tepat waktu :’)
Meskipun Mbak
Noni yang punya ide awal, pada akhirnya naskah-ku yang ini dipegang lagi oleh
editor kesayangan yang paling sering kubikin repot, Yth. Mbak Dila
Maretihaqsari~
Salah satu
yang bikin aku hepi, Mbak Dil ini terakhir beneran pegang anakku, sendirian,
pas novel pertamaku, Wonderfully Stupid. Dan novel yang ini, akhirnyaaaaa, bisa
dipegang beliau lagi. Kayak hubungan yang udah terjalin lama dan membuat
nyaman, itulah yang kurasain :))) *gombal banget*
Selama proses
nulis sendiri banyak banget halangan dan rintangan. Ini kali pertama banget aku
kejar setoran, 2 novel dalam setahun. Biasanya aku cuma ngelarin 1 naskah
setahun. Kalaupun banyak proyek, itu gak langsung kelar sekaligus. Pasti ada
jeda. Sedangkan antara PWiC dan Déessert ini nyaris gak ada jeda. Kelar PWiC,
aku lanjut hajar Déessert.
Berat?
BANGET!
Karena masih
kebawa emosi dari PWiC, aku agak kesulitan ngatur emosi buat Déessert.
Alhasil, draft awalku..... BANYAK REVISINYAAA! HAHAHAHAHAHAHAHAHA *nangis di
pojokan*
Untunglah Mbak
Dil teramat sabar dan tawakal dalam menghadapiku. Walaupun sempet ‘ngaret’,
akhirnya aku bisa memperbaiki naskah itu jadi lebih bernyawa dibanding draft
awal. Revisi pertama itu yang lumayan banyak perombakan besar-besaran. Begitu selesai,
ada revisi sekali lagi, terus....udah~
Aku beneran
seneng banget bisa ikut ngeramein #YummyLit ini. Pertama, aku suka makan. Kedua,
aku jatuh cinta sama profesi chef
karena aku gak bisa masak. TERUTAMA PASTRY CHEF!!! Menurutku, laki-laki macho yang
pinter ngolah makanan manis itu.... seksi banget. Jadi, begitu Mbak Noni
nawarin proyek ini, hal pertama yang aku putusin adalah... HERO-NYA HARUS CHEF
PASTRY! :*
Ya,
sodara-sodara. Saya penulis murtad. Bukannya nentuin premis duluan, tapi
profesi Hero duluan. Abisan, gak tahu kapan lagi bisa ngayalin pastry chef ganteng nan seksi sesukaku.
EHEHEHEHE
Meskipun harus
melewati berbagai rintangan dan proses penantian panjang, aku bener-bener
senang akhirnya novel ini bisa meluncur ke pasaran *halah*
Semoga kalian
semua juga menikmati proses membacanya, sebagaimana kalian menikmati makan kue
favorit masing-masing~
“All you need is love...... and great food”
- Déessert
by Elsa Puspita
Published by
Bentang Pustaka
Friday, February 19, 2016
Menikah = Menjauhi Zina. I don’t think so…
Udah kontroversi belum
judulnya? *dikeplak*
Jadi…beberapa malam yang lalu
aku asyik ngobrol sama salah satu sahabatku. Ngobrol ngalor-ngidul yang
ujung-ujungnya bahas tentang pernikahan. Dia berencana nikah tahun ini, atau tahun depan. I’m so happy for her. Aku tahu gimana
‘perjalanan’ dia dan si pacar sampai bisa di titik ini.
Sampai dia ngeluarin satu
kalimat, yang pasti ‘diamini’ oleh banyak pihak.
“Kalau nikah, kan, enak, Ca, bisa gampang ketemu, bobo ada yang meluk dan dipeluk. Dan yang penting, jauh dari zina. Ngurangin dosa.” *kurang lebih seperti itu*
Dan aku nyeletuk, “Kenapa sih
itu terus yang dibawa tiap kali ngomongin nikah? Buat jauhi zina. Emang nikah
isinya seks doang apa?”
“Ya nggak gituuuu ….”
Kami lanjut berdebat ~
Sejujurnya, aku salut sama
teman-temanku yang berani ambil keputusan besar buat nikah di bawah usia 25
tahun. Well, emang usia gak menjamin
tingkat dewasa atau kematangan seseorang, tapi aku sendiri masih belum siap
ngebayangin punya tanggung jawab sebesar itu di usia sekarang.
Aku pernah pengin nikah muda.
Waktu umur 18 tahun, aku mau nikah di usia 22 tahun. Setelat-telatnya 23 tahun.
Dan sekarang, saat aku sudah ada di usia itu, I don’t think I’m ready enough. Bukan cuma ngebayangin gak bisa
asal kelayapan dsb. Kalau dipikir, hang
out sama suami jelas lebih enak. Tapi, selain bisa ‘pacaran halal’,
tanggung jawab sebesar itu masih terlalu besar buatku.
Dulu, di pikiranku juga nikah
itu asyik banget. Bisa sama-sama terus bareng laki-laki yang kucintai *eaak*.
Pokoknya kalau udah sampai ke tahap nikah, berarti udah happy ending. Happily ever
after. Semuanya bakal selalu menyenangkan.
Sama kayak yang lain,
“Daripada zina. Mending nikah, buat ngurangin dosa.”
Aku belum pernah nikah,
kemungkinan besar nggak dalam waktu dekat, tapi tetap aja tahu nikah gak
sesepele itu. Sekarang, setiap kali denger orang nyebut “buat menjauhi zina”
sebagai alasan mereka mutusin nikah, aku otomatis mikir kalau di otak mereka
itu tujuan nikah cuma buat seks. Padahal itu cuma salah satu “bonus” yang ada
dalam pernikahan.
Dan pas aku udah ngutarain
pikiranku, mereka langsung nyahut, “Ya nggak gituuuu…”
LHA TERUS NGAPAIN ITU TENTANG
ZINA DIUCAPIN TERUSSSSS???
Kalau ada yang nanya ke aku,
kenapa aku mau nikah, jawabanku ada 2. Aku pengin punya anak dan gak mau mati
‘sendirian’. That’s it.
Di negara kita tercinta ini,
punya anak gak punya suami sama kayak bunuh diri. Sebelum bunuh diri ya emakku
duluan yang bakal gantung aku di langit-langit rumah. Dan pikiran bakal mati
‘sendirian’ selalu bikin aku … sedih. Ya, aku tahu gak akan sendirian beneran.
Aku punya keluarga, sahabat. Tapi aku gak mau ‘sendirian’. Kalaupun nanti
suamiku ternyata dipanggil duluan, aku tetap gak mati ‘sendirian’ karena dia nunggu
‘di sana’. Khas pemimpi banget, ya bodo amat~
Masalah halal, ada yang
dipeluk, dll, dsb itu bonus. Datangnya barengan sama tanggung jawab ngurus
suami, ngurus rumah, dan ngurus anak. Belum lagi ‘me time’ harus dibagi jadi ‘bareng suami time’, dan ‘bareng anak time’.
Mungkin buat sebagian orang itu menyenangkan. Tapi, buat makhluk introvert
kayak aku, gak punya me time itu sama
kayak nyiapin diri buat jadi gila (semoga Tuhan ngasih aku suami supportif yang mau dititipin anak tiap emaknya
ini butuh nikmatin waktu sendiri. Amin).
Kalau emang ‘menjauhi zina’
segitu pentingnya buat jadi alasan orang mutusin nikah, itu hak mereka. Jangan
aja alasan itu bikin nutup mata sama pertimbangan lain yang seharusnya dilihat.
Iya, udah gak zina. Udah halal lahir batin. Tapi ternyata mental belum siap
bener-bener. Pas punya anak, jadi panik sendiri. Belum lagi kalau mau bahas
masalah materi dsb.
“Kan kalau nikah, rezeki yang
tadinya satu, jadinya dua.”
AMIN.
Tapi, jangan lupain, kalau
nikah pengeluaran yang tadinya satu, juga jadi dua.
Siap? Kalau iya, ya bagus.
Ini mungkin cuma tulisan
absurd-ku. Cuma buat ngosongin kepala biar gak ‘kepikiran’. Temen-temenku yang
baca bisa jadi pada ngomel, “jomlo aja ngomongin nikah.” *keplak*
Tapi, saranku yang jomlo ini
cuma 3.
1. Jangan cuma lihat enaknya
nikah.
2. Lihat juga konsekuensi dan
tanggung jawabnya.
3. Kalau udah yakin, HAJAR!
Kalau emang niatnya baik,
inshaAllah jalannya juga dimudahkan.
Dan tolonglah, jangan
bawa-bawa ‘jauhi zina’ terus. Makna nikah gak sesempit itu…
Subscribe to:
Posts (Atom)