Tuesday, October 30, 2012

Will you... #FF2in1 Marry Me - Train

"Maaf, hari ini kita gak bisa ketemu dulu ya. Lagi ada kerjaan. Besok malam jg aku gak bisa jemput. Langsung ktmu disana aja ya. Love - P"

Elena membaca pesan yang baru masuk itu dengan geram. Terjadi lagi. Akhir-akhir ini Peter, pacarnya, selalu melakukan hal itu. Seenaknya membatalkan kencan mereka. Apakah lelaki itu lupa besok hari apa? Peter sudah berjanji akan menemaninya di malam ulangtahunya. Menemani semalaman, begitu katanya. Bagaimana mungkin mereka datang sendiri-sendiri? Dengan dongkol Elena memasukan ponselnya ke dalam tas. Baiklah. Kita lihat saja besok apa yang terjadi. Kalau Peter membatalkannya lagi, lelaki itu benar-benar sudah bosan hidup.

Elena menemukan Peter sudah duduk di meja yang dipesannya, keesokan harinya. Seperti janji sebelumnya, malam ini mereka akan merayakan ulang tahun Elena yang ke-27 tahun. Elena menghela napas lega saat melihat Peter benar-benar datang dan tidak membatalkan janjinya lagi.

"Jadi," Elena memulai, sementara menunggu pesanan mereka.

"Happy Birthday," ucap Peter, lalu mengecup pipi Elena lembut. "Waw. Kamu udah 27 tahun."

"Ya, aku tau," ujar Elena. "Bukan itu yang mau aku bahas." Dia menatap Peter dengan mata disipitkan. "Kamu ke mana seminggu ini? Setiap dihubungi sok sibuk, seenaknya mutusin telepon, bales SMS singkat-singkat, dan batalin semua kencan kita."

"Kan, aku udah bilang lagi ada kerjaan," ucap Peter membela diri.

"Kamu udah jadi orang sibuk sejak kita awal pacaran, tapi belum pernah sekali pun kamu batalin kencan kita tanpa alasan jelas. Inget kejadian tahun lalu, waktu kamu harus rapat pas acara anniversary kita? Kamu juga ajak aku ke restoran itu. Yah, walaupun pisah meja, seenggaknya kamu nggak nyuekin aku gitu aja dan langsung gabung ke mejaku begitu rapatnya selesai. Sekarang?" serang Elena bertubi-tubi.

"Kamu nggak percaya sama aku?"

"Bukan nggak percaya," geram Elena. "Aku cuma nggak suka cara kamu. Seharusnya kalo emang nggak bisa dari awal, ya bilang. Jangan ngasih harapan palsu gitu. Capek tau, bolak-balik ngapus dandanan tiap kamu batalin janji. Nggak enak juga jadi nomor dua."

"Kamu nggak pernah jadi nomor dua," kata Peter menenangkan.

"Dulu iya. Seminggu ini nggak."

"Seminggu ini juga," ralat Peter. "Aku nggak akan nyuekin kamu gitu aja, Sayang. Aku pasi selalu punya alasan."

"Dan alasan kali ini?"

Peter tersenyum kecil, lalu mengangkat gelas wine-nya. Tiba-tiba lampu ruangan itu padam. Suasana menjadi gelap total. Elena menjerit kecil.

"Peter?" tegurnya dengan suara gemetar.

Kemudian, satu persatu cahaya bermunculan. Mulai dari sudut restoran, menyambung ke meja sebelahnya. Cahaya itu berasal dari senter mungil di tangan para pengunjung.

"Apa ini?" tanya Elena setelah cahaya berhenti bermunculan. Dia menatap Peter bingung.

Peter menyuruh Elena berdiri di atas meja, kemudian menatap ke arah titik-titik cahaya itu. Elena membekap mulutnya saat melihat cahaya itu membentuk sebuah kata 'Marry Me'. Elena menatap Peter tidak percaya.

"Kamu dua puluh tujuh, aku tiga puluh satu. Kayaknya udah bukan waktunya pacaran lagi." Dia menyeringai usil. "So, Miss Elena, will you marry me?"

Elena benar-benar kaget. Kemudian, Peter menyerahkan sebuah cincin padanya. "Will you...?" tanya Peter lagi.

"Mau!" ucap Elena. Satu persatu air matanya turun. "Mau banget!"

No comments: