Thursday, October 11, 2012

#FF2in1 Snow

Semua orang suka salju. Tentu saja. Meskipun membuat beku dan menjengkelkan, entah mengapa salju memiliki daya tarik tersendiri. Putih. Bersih. Suci. Seperti dia. Dia yang sangat mencintai salju hingga ke tulang. Tidak pernah bisa menahan diri untuk tidak berlari keluar, menari-nari di halaman sementara salju bertebaran di sekitarnya. Badai salju pun terlihat indah di matanya. Walaupun ketika hal itu terjadi, dia sama sekali tidak diijinkan meninggalkan rumah.

Salju. Snow. Dia.

Ernest menatap gundukan salju di depannya, sementara beberapa anak berlarian dengan riang, melakukan berbagai aktivitas dengan timbunan harta karun putih mereka. Beberapa anak lelaki sepakat untuk bermain lempar salju. Beberapa bola salju melenceng dari sasaran dan mengenai target lain. Ernest beberapa kali menjadi korban, namun dia bergeming di tempatnya.

"Kuharap kau sekarang di sini, Snow," bisik Ernest. Dia membungkuk untuk meraih gumpalan salju, lalu melemparnya ke depan. "Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu." Dia menunduk, menyembunyikan kilau yang mulai muncul di matanya. "Bagaimana bisa kau melakukan ini?" tanyanya. "Bagaimana mungkin kau meninggalkanku?" sebutir air bening bergulir dari pelupuk matanya.

Pertanyaan bodoh. Mereka semua tau jawabannya. Penyakit mengerikan telah merenggut Snow-nya yang cantik dan bersih. Snow yang berubah putih pucat, sepucat salju yang amat di sukainya, sesaat sebelum di makamkan. Penyakit kejam yang merenggut senyum menawan dari bibir Snow-nya yang manis.

Ernest mengadah, menatap hamparan langit di atasnya. "Kau tau, ini belum selesai. Suatu saat, aku juga akan berada di sana dan kita akan bersama lagi." Dia mengusap air matanya dengan punggung tangan. "Kuharap, kau mau menungguku di sana, dan menyediakan tempat untukku, tepat di sampingmu. Aku mencintaimu, Snow. Selalu."

No comments: