Monday, February 3, 2014

Malaikat Bidadari

Sepasang mata hazel Gya menatap sebentuk cake di depannya. Barisan lilin yang menyala di atas kue itu menari-nari, seakan meledek kesendiriannya. Sementara orang lain merayakan hari spesial bersama orang yang juga spesial, dia harus menghabiskan malamnya sendirian.

Cake dan lilin itu hanyalah upaya terakhirnya menipu diri dalam menjadikan hari ini spesial. Nyatanya, sama sekali tidak ada yang istimewa. Papanya sama sekali tidak peduli hari apa ini. Untuk apa pula beliau ingat jika hari yang seharusnya istimewa ini malah dianggap kutukan? Kutukan yang membuat mamanya pergi saat berjuang membawanya ke dunia. Bukan salah Papa jika sampai mengabaikannya.

Lamunannya buyar saat mendengar suara ketuk halus dari jendela kamarnya. Dia menyingkap tirai dan mendapati sesosok wajah akrab di depannya. Sosok itu melambaikan tangan, seraya menyodorkan bingkisan berbentuk kubus. Gya tersenyum sedih sambil menggeleng.

“Kenapa?” tanya Alex. “Aku ingin merayakan tanggal keramat ini.”

Gya mengernyit. “Keramat?”

Alex mengangguk. “Tepat tanggal ini, tujuh belas tahun yang lalu, Tuhan menurunkan bidadari-Nya ke bumi, dan sekarang dipinjamkan padaku. Tanggal keramat, kan?”

Gya tersenyum malu. “Kamu menyebalkan.”

“Aku tahu. Bagaimana kalau sekarang kamu buka jendelanya, supaya kita bisa memulai perayaannya?”

Gya menatap sosok itu sesaat, lalu membuka jendelanya. Alex selalu menganggapnya bidadari, tetapi tidak pernah menyadari kalau lelaki itu sendiri adalah malaikat.

Malaikat pelindung dari Tuhan yang sekarang dipinjamkan padanya supaya dia tidak benar-benar sendirian.


**

No comments: