Di salah satu ritual “pillow
talk” kita, kamu sempat bertanya kenapa aku menerima lamaran dan mau menikah denganmu. Jujur, kalau kamu menanyakan hal yang sama lagi, aku masih belum bisa
memberikan jawaban pasti, selain senyum simpul seolah bermisteri. Nyatanya, aku tidak punya jawaban pasti itu.
Waktu aku balas menanyakan hal
yang sama, jawabanmu membuatku terpana. Apa yang membuatmu mau menikahiku?
“Pas istikharah, pertanda
Allah bilang kalau kamu emang yang tepat.”
Kamu menyeringai. Aku melongo,
kemudian tertawa. Istikharah juga kulakukan sebelum memberi jawaban “iya”
padamu. Tapi, aku tidak pernah berpikir menjadikannya jawaban dari pertanyaan
“kenapa aku mau nikah sama kamu”.
Ritual “pillow talk” kita selalu
menyenangkan, seburuk apa pun hari yang kita lalui sebelum beranjak tidur.
Memastikan kamu yang terakhir kulihat sebelum memejamkan mata, dan aku yang
kamu lihat sebelum terlelap, tidak ada yang lebih indah dari itu.
Sampai ketika perang besar terjadi di antara kita. Aku tidak perlu mengingatkan apa pemicunya. Kamu tentu masih ingat, kan? Yang jelas, saat itu kita
mengeluarkan sisi terburuk masing-masing. Ketika berakhir, tidak satu pun dari
kita mau melihat wajah yang lain. Untuk malam itu, tidak ada ritual “pillow
talk” karena kita pun menolak tidur di tempat yang sama.
Aku belum melupakan kejadian
itu ketika beranjak tidur. Namun, ketika membuka mata di pagi harinya dan
melihat wajah tidurmu, aku bahkan tidak bisa ingat apa yang kita ributkan semalam.
Aku malah mendapatkan jawaban
dari pertanyaan “kenapa aku mau nikah sama kamu”.
Kenyataan kalau kamu
menggendongku masuk kembali ke kamar kita saat aku terlelap, yang berarti di saat terburuk pun kamu masih menginginkanku ada di
sampingmu, dan kamu di sebelahku …
Kenyataan kalau wajah tidurmu
yang tetap menghadapku ketika aku bangun, bukan malah memberiku pemandangan
punggung, yang berarti semarah apa pun, kamu tidak benar-benar memalingkan muka dariku,
masih mau menatapku …
Saat itu, sekali lagi, kamu
membuatku jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Aku lupa, untuk sejenak, kenapa
kita bertengkar. Tapi aku yakin, untuk waktu yang lebih lama, kamu akan selalu
membuatku jatuh cinta. Berkali-kali, di situasi apa pun.
Dan kalau kamu memang perlu
jawaban, kurasa itu jawaban yang cukup. Wajah tidurmu membuatku jatuh cinta
berkali-kali. Selama itu yang pertama kulihat saat bangun, selama itu juga aku
merasa menikahi orang yang tepat.
***
2 comments:
Balik ngingeti bayangan aku soal wajah tidur dan aroma khas bangun tidurnya dia, tapi tetep jadi yang tersayang.. :')
Semoga dia jodohku.
Wish for us, els.
I love this one, and I love you, bebs. :*
i already know that you love me so much :*
Post a Comment