Wednesday, December 5, 2012

cuplikan Wonderfully Stupid...

Lagi iseng nih, gak ada kerjaan. Pengen promo lagi ahh...

Buat yang penasaran gimana isi novel Wonderfully Stupid, nih aku bikin cuplikan cerita yang paling sering aku baca (as reader and writer). cekidot mamasnya mbaknya. monggo pinarak. yuk mari ~


Bab 1

..........

Lanna mengangkat kepala dan melihat seorang cowok berwajah manis dengan sedikit sorot jahil di matanya. Rambutnya pendek kaku, berwarna oranye terang. Arsen, anak kelas XI IPA 3. Sejak pertama bertemu, sekitar satu tahun lalu, dia selalu menggoda Lanna dan memproklamirkan diri bahwa dia amat menyukai kakak kelasnya itu. Arsen sudah melakukan ribuan cara untuk menarik perhatian gadis itu agar menerima cintanya. Tetapi, Lanna selalu menolaknya.
“Kali ini oranye,” kata Lola geli. “Temuin gih,” sambungnya.
“Bikin sakit mata,” kata Lanna, kembali pada handycam-nya. Ega cs sudah meninggalkan koridor. Lanna menghentikan rekamannya, lalu menyimpan handycam-nya dengan hati-hati ke dalam tas. “Males banget ngeladenin dia.” Dengan sigap dia mengeluarkan sebuah novel roman-fantasi dari dalam tasnya, mengabaikan Arsen.
“Kasian, Na. Liat tuh, mukanya mupeng banget.”
Lanna melirik sekilas hanya untuk melihat Arsen sudah menempelkan dahi di jendela kelasnya. “Norak,” katanya sambil mengernyit.
“Kak Aza!” panggil Arsen dengan suara keras.
Lanna mengabaikannya. Dia lebih tertarik melanjutkan membaca cerita tentang seorang ksatria Yunani Kuno yang dikutuk daripada meladeni orang yang dianggapnya sinting itu.
“Kak Aza!” Arsen berteriak semangat, menempelkan wajahnya di kaca. Beberapa teman sekelas Lanna mulai terkikik melihatnya.
Lola menahan agar tawanya tidak meledak. “Feeling gue bilang, kalo lo nggak mau ke sana, dia bakal bertingkah lebih konyol lagi.”
Lanna melempar pandang penuh ancaman pada Arsen. Dia tidak meragukan ucapan Lola. Arsen memang sinting. “Nggak bisa ya gue sehari aja bebas dari gangguan dia?”
Arsen mulai menghembuskan napas di kaca jendela, lalu menggambar bentuk hati dengan kata “AZA” di tengahnya.
Lola mulai tertawa. “Apa gue bilang. Temuin gih,” kata Lola.
Lanna mengerang. “Oh, GodSomeone must shoot me and take me away from here!” geramnya. “Ormay I kill him?”
Lola tertawa keras, membuat Lanna makin kesal.
“Kak Aza! Kak Aza! Sini, dong!” panggil Arsen lagi, lebih keras dan bersemangat. “Apa aku aja yang ke sana?” tanyanya dengan wajah tanpa dosa.
“Ingetin gue buat ngasih racun arsenik ke mulutnya,” kata Lanna sebal seraya bangkit dari kursinya untuk menghampiri Arsen. “Apa?” semprotnya.
Arsen tersenyum manis, memamerkan lesung pipinya. “Jangan marah-marah terus dong, Kak. Aku cuma mau ngajak pulang bareng. Kali ini mau, kan?” rayu Arsen.
“Pertama, nama panggilan gue LANNA. Bukan AZA. Udah berapa kali gue bilang?” serang Lanna galak.
“Nama lengkap Kakak, Alanza Quianna, kan?”
“Ya. Dan lo nggak punya hak apa pun buat ngasih-ngasih gue panggilan baru,” kata Lanna dongkol. “Kedua, gue nggak mau, dan nggak akan pernah mau, pulang sama lo. Emang nggak ada ya cewek seangkatan lo yang bisa lo gangguin sampe lo gangguin gue terus?”
“Yah … namanya juga cinta. Mana bisa ditolak kalo udah dateng.”
“Cinta?” Lanna mendengus. “Udah ribuan kali gue bilang sama lo, gue nggak tertarik. Lo lebih muda dari gue. Kapan sih lo ngerti?”
“Beda umur kita nggak sampe satu tahun. Kita cuma beda lima bulan.”
“Beda satu hari pun, kalo lo lebih muda dari gue dan berstatus sebagai adik kelas gue, gue nggak tertarik.”
Tepat saat itu, bel masuk berdering.
Tanpa merasa tersinggung sedikit pun pada kata-kata kasar Lanna, Arsen memasukkan kedua tangan di saku celananya dengan santai. “Tunggu aja nanti. Aku pasti bisa bikin Kakak nerima cinta aku.”


..........


Bab 5
..........

Arsen mengulum senyum. Dia bukan cowok bodoh. Juga bukan anak sebelas tahun yang masih polos. Arsen tahu kalau Lanna tidak, atau belum, mempunyai perasaan apa pun padanya. Kenyataan itu masih mengusiknya. Dia bertekad akan membuat Lanna membalas cintanya. Namun, untuk saat ini, menikmati waktu luang bersama gadis yang disayanginya sudah cukup untuk Arsen, meskipun gadis itu belum memberikan hati untuknya. “Siapa, Na?” tanyanya.
“Siapa apa?” tanya Lanna, berusaha tidak peduli.
“Hmm ….” Arsen menatap Lanna. “Aku penasaran sama sosok cowok yang udah seenaknya tebar pesona di depan pacarku.”
“Satu yang perlu lo tahu,” ucap Lanna. “Gue suka sama dia justru karena dia nggak pernah tebar pesona.”
Arsen terdiam. Lanna ikut diam sambil terus berjalan. Tiba-tiba Arsen duduk di pasir, lalu menarik tangan Lanna hingga gadis itu terjatuh di sebelahnya.
“Ngapain sih?” omel Lanna.
Arsen tersenyum sambil menggali-gali pasir. Lanna berdiri sambil membersihkan bagian belakang dress-nya. Saat dia akan berjalan, Arsen kembali menahan tangannya. Lanna menatap Arsen kesal, lalu kembali duduk. Dia hanya diam, merekam kegiatan cowok itu saat bermain dengan pasir. Berkali-kali Arsen bolak-balik ke laut untuk mengambil segala macam benda. Tak lama kemudian, Arsen menyelesaikan pekerjaannya. Sebuah istana pasir yang dikelilingi batu-batu kecil, rumput laut, dan kulit kerang. Lanna melihatnya sebagai istana pasir paling aneh yang pernah ada. Arsen membuat istana itu memanjang dan meliuk-liuk tidak jelas.
“Berdiri,” kata Arsen, menarik Lanna.
“Tadi disuruh duduk. Sekarang berdiri. Ntar nyebur laut. Abis itu gue mutilasi lo,” sungut Lanna geram. Dia berdiri.
Arsen tidak menanggapi. Dia menarik Lanna berdiri di depan salah satu sisi istana pasir itu. Lanna mengamatinya. Istana itu bukan liukan aneh yang tidak jelas. Tetapi, susunan huruf yang membentuk namanya, Alanza, yang sangat cantik jika dilihat dari sudut pandang mereka sekarang. Lanna tidak melewatkan hal indah itu dari bidikan rekamannya.
“Cantik,” puji Lanna.
“Nggak secantik kamu,” balas Arsen. “Makasih udah mau masuk ke hidupku,” ucapnya pelan.
“Udah gue bilang nggak usah ngegombal,” semprot Lanna.
Arsen tertawa kecil, lalu berdiri di depan Lanna, menghadapkan punggungnya ke gadis itu.
“Ngapain?” tanya Lanna.
“Bayar utang. Aku harus gendong kamu bolak-balik.”
Lanna tertawa. Dia langsung loncat ke punggung Arsen, merangkulkan lengannya di bahu cowok itu. “Ayo jalan!” perintahnya.
..........


Bab 14 (Surat Arsen)
..........

..........



Wonderfully Stupid - Elsa Puspita - Bentang Belia


2 comments:

Qonita's Dreamer said...

kenapa gak dibuat film aja ?? seru banget tuh..

elsa puspita said...

maunya juga gituu.. nunggu ada pak produser yg nawarin dulu :)))