Setelah kelahiran Lovhobia Maret kemarin, akhirnya di
penghujung tahun ini aku melahirkan satu tulisan lagi. Kali ini ada yang
istimewa. Bukan proyek solo kayak dua anak sebelumnya, tapi proyek bareng.
Kumpulan novela dari 5 penulis Bentang Belia dengan tema besar LDR. Ini dia
penampakannya :
unyu ye?
Sebelum mulai cerita di balik proses pembuatannya, mari
dibaca dulu sinopsisnya :
Bagaimana pun
ditiadakan, jarak akan tetap ada.
Apa yang terjadi
bila kesetiaan dan pengkhianatan berjalan tak seimbang dalam satu hubungan?
Bisakah menjaga
hati hanya dengan saling percaya dan bisa dipercaya?
Dan, akankah jarak
mampu menjawab semua keraguan yang ada?
Temukan 5
perjuangan hubungan jarak jauh yang akan membawamu pada pergolakan hati akan
keputusasaan hubungan, perdebatan, pengkhianatan, dan percaya-tidak percaya
yang berjalan seiringan dengan keteguhan, kemantapan, serta rasa tak ingin
kehilangan dalam jarak yang terbentang.
Hmmm…
LDR alias Long
Distance Relationship selalu punya makna sendiri buatku. Itu yang bikin aku
terobsesi banget pengin nulis dengan tema ini. Sebelumnya, selalu gagal. Entah
udah berapa draft calon novel yang
aku tulis, nggak ada yang sukses. Ada yang stuck
di tengah, ada yang file-nya ilang
gara-gara laptop rusak, dan sebagainya. Semesta kayak nggak ngasih izin aku
buat ngubek-ngubek hal itu lagi.
Nyerah? Yup! Capek juga akhirnya. Kalau emang bakal jadi,
suatu saat aku bakal bisa nulis dengan tema ini.
Semesta akhirnya ngasih restu lewat Mbak Dila, editorku.
Berawal dari surel Mbak Dil, segala doaku kayak terjawab *lebay ye. Bodo*
Jadi gini …
Di suatu sore, waktu aku lagi duduk-duduk santai sambil
karaokean nggak jelas di kamar, bebe-ku bunyi. Notif email baru. Alamat pengirimnya dari Bentang Belia. Penasaran, aku
bacalah itu email. Isinya kurang lebih
tawaran buat nulis novela bareng penulis Bentang Belia lain dengan tema yang
sudah ditentukan.
And, you know, dua tema yang ditawari Mbak
Dil bikin aku galau setengah mampus!
Tema pertama : LDR
Tema kedua : Move On
How kampret it is,
right? Dua-duanya bisa dibilang
sebagai tema sakral buatku. Mbak Dil minta kami-kami milih satu tema dan tulis
cerita maksimal 40 halaman. FYI, aku sedikit bermasalah sama tulisan yang
jumlah halamannya terbatas. Itu yang jadi alasanku sering gagal bikin cerpen
*nangis*
Yahh… karena aku perempuan yang cukup keras kepala dan
nekat, mengabaikan jumlah halaman biar nggak jadi penghalang, aku mau gabung ke
proyek itu.
Pertanyaan kedua … tema mana yang harus kupilih?
Kayak yang aku bilang sebelumnya, kedua tema itu sakral.
Aku MAU BANGET nulis dua-duanya. Tapi, karena nggak boleh maruk, jadi pilih
satu. Pilihan dari awal condong ke LDR. Tapi, aku ragu. Gile ya, bok!
Bolak-balik nyoba bikin tema itu, SELALU GAGAL! Apa ada jaminan kali ini bakal
berhasil? Pake batasan halaman seiprit pula. Dan juga, ini bukan proyek iseng
yang aku bikin bolak-balik kemarin. Tapi proyek beneran. Sempet pertimbangin
Move On, kali aja bakal lebih asoy. Tapi sama aja. Hati ujung-ujungnya balik ke
LDR. Akhirnya, mengikuti kata hati, aku pilih LDR.
Selesai? Oh… belum. Jangan buru-buru gitu lah.
Sinopsis pertama yang aku bikin, ditolak Mbak Dil. Nggak
ditolak mentah-mentah sih. Tapi banyak catatan di sana-sini, yang diakhiri
dengan, “ada ide lain?”
Aku anggap itu berarti ide awal ceritaku emang nggak
layak-layak banget.
Galau part
sekian kembali. Keteguhan hati yang tadinya emang belom banyak-banyak banget
buat nulis tema itu, makin merosot. Keyakinan di kepala kalau aku emang NGGAK
BISA nulis tema itu makin meningkat. Saya FRUSTRASIIIII!!!
Nih tema bener-bener bikin aku ngerasa terintimidasi.
Sempet kepikiran buat mundur aja, atau pindah ke Move On, tapi akal sehat nggak
ngijinin. Segitu doang udah nyerah, berhenti aja jadi penulis. *akal sehatku
emang suka kejam* *sigh*
Sempet bengong lama buat mikirin ide cerita apa yang mau
aku bikin. Pake mikir juga, apa yang bikin aku susah banget buat ‘akrab’ sama
tema ini. Karena masa lalu kah? Pleaaasseeee!!!
Penting amat tuh masa lalu sampe bisa ngehalangin niat muliaku! Cih! *dikeplak
tiket pesawat*
Dan, you know,
aku akhirnya tahu apa yang bikin susah.
Karena aku terlalu terobsesi. Aku terlalu ambisius buat
sukses bikin tema itu. Punya ambisi nggak salah. Terlalu ambisius yang bisa
jadi masalah.
Dengan menurunkan ego, aku coba lagi semuanya dari awal.
Kali ini, aku ngelakuin semuanya murni dengan senang hati, nggak cuma
melibatkan ambisi. Aku coba berenti buat terobsesi sama tema itu. Pelan-pelan,
pendekatan.
Yah, samalah kayak kalo lagi pedekate sama lawan jenis,
pas kamu terlalu bernapsu, dia bakal kabur. Tapi, kalau kamu pelan-pelan dan
pedekate dari hati, bisa lebih enak.
Itu juga yang aku alami sama tema ini. Dia nolak aku
deketin dengan obsesi, ambisi, dan ego tinggi yang bercampur. Dia mau
pelan-pelan dateng begitu aku nurunin tameng ego, ganti obsesi liar dengan niat
hati, dan nahan ambisi.
Nggak perlu aku jelasin gimana bahagia, seneng, gembira,
dan bangganya aku waktu berhasil nyelesain cerita ini. Aku cuma butuh
melibatkan hati.
Nulis, mungkin emang pekerjaan otak, tapi hati yang jadi
bos. Kalau hati nggak terlibat, apa pun yang kamu bikin terasa salah.
Akhirnya satu keinginan besarku terlaksana.
Mungkin, apa yang aku tulis ini bukan tulisan sempurna.
Tapi, percaya deh, aku udah ngeluarin semua yang terbaik buat cerita ini.
Apa aku inget masa lalu pas nulis?
YA IYALAAAHH! MENURUT LO?
LDR = masa lalu, buatku. Bahas LDR, ya bahas masa lalu.
Dan aku bersyukur. Tanpa masa lalu itu, mungkin aku nggak akan ada ikatan batin
sama LDR. Kalo sampe gitu, mungkin aku nggak akan kepikiran bikin tema ini. Itu
berarti, cerita ini mungkin nggak akan pernah lahir.
Tapi jangan takut. Kalian nggak akan baca ‘diary Elsa’ dari ceritanya, karena
semua murni fiktif. Remember, aku
NGGAK AKAN PERNAH masukin adegan pribadi yang pernah aku alami sendiri ke
novel. Terinspirasi, yap. Masukin sama persis, nope. Terlalu … pribadi :p
Akhir kata … selamat menikmati "sMiles". Mari berkenalan dengan Zarina Aryesti
(Arine) dan Biru Adyaksa (Biru), dua pejuang LDR yang mewakili aku, isi hatiku,
dan pikiran liarku.
Semoga kalian terhibur :))
Salam sayang,
Elsa Puspita, M.P.L, C.D.L
Mantan Pejuang LDR, Calon Duta LDR B)
1 comment:
Dari semua cerita yang terpampang di buku itu, ah yaampun kak, somehow cerita yang paling mengena itu cerita SMILES! ini :" Bukan karena itu cerita yang 'aku banget', sih. Entahlah, ada magnet di cerita itu yang bikin karya kakak jadi yang paling mengena di hati aku (?). Dan aku mungkin kena 'Biru Adyaksa' effect... yep. Aku jatuh cinta setengah mati sama karakter yang kakak buat. Yep yep, aku jatuh cinta sama Bluey dan Arine--ngg, Bluey terutama... errggh. Keren banget kaaakk, kapan nulis kaya gitu lagii? ' ')//
Post a Comment