Aku menemukannya lagi. Sebuah botol bekas parfum berisi surat yang dimasukan ke balon yang belum ditiup. Ini sudah yang keempat kalinya. Isi suratnya selalu sama. Tetapi, aroma parfum dan warna balon yang digunakan si pengirim berganti. Dan selalu serasi. Hari pertama, dia mengirimkan botol parfum beraroma lavender, dengan balon berwarna ungu. Selanjutnya, parfum bunga sakura dengan balon pink. Yang ketiga, aroma melati dan balon putih. Sekarang, aroma jeruk dan balon oranye. Aku benar-benar penasaran siapa pelaku iseng ini. Dikiranya laci mejaku semacam tempat penampungan sampah atau apa?
Menarik keluar balon dari mulut botol bukan perkara mudah. Karetnya sering menempel di dinding botol yang masih basah sehingga jariku kesulitan meraihnya. Si pelaku ini benar-benar menyusahkanku. Juga mengganggu, pada awalnya. Sekarang, aku malah selalu menantikan keisengannya ini, meskipun sampai sekarang aku tidak tau apa artinya.
Begitu berhasil mengeluarkan balon sial itu, aku kembali berjuang mengeluarkan surat di dalamnya. Meskipun tahu kalau isinya akan sama, tetap saja aku ingin membukanya untuk membuktikan langsung.
Dahiku berkerut saat membaca suratnya. Isinya kali ini berbeda.
"Jam bermain selesai."
Saat itu aku menyadari. Selain isi surat, aroma dari botol parfum yang digunakannya juga berubah. Biasanya dia menggunakan botol parfum beraroma bunga, kali ini jeruk.
"Lavy? Kenapa kamu? Kok bengong?"
Aku tersentak, lalu menoleh ke arah Bagas, teman sebangkuku. "Kenapa kamu panggil aku Lavy?"
Dahi bagas mengernyit. "Dulu, kan, aku pernah bilang. Arona kamu kayak Lavender. Bisa buat ngusir nyamuk."
"Lavender. Pengin lihat sakura asli. Lebih suka melati daripada mawar. Pecinta jeruk." Aku menatap Bagas tajam.
Bagas terdiam sesaat. Aku mengacungkan botol parfum di tanganku. Dia tersenyum kecil, namun tidak berkata apa-apa.
Aku juga tidak berkata apa-apa lagi. Hanya mengingat surat pertamanya.
"Kenapa selalu melihat kejauhan?"
No comments:
Post a Comment