Sunday, November 25, 2012

Review Buku : The Timekeeper by Mitch Albom

Judul : The Timekeeper (Sang Penjaga Waktu)
Penulis : Mitch Albom
Halaman : 311
Terbit : Oktober 2012
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Harga :

Tokoh utamanya bernama Dor, Sang Penjaga Waktu. Diceritain, dialah manusia pertama yang ngukur waktu, ciptain jam matahari, jam air, jauh sebelum generasi-generasi selanjutnya. Sejak kecil, Dor sudah tergila-gila menghitung segala sesuatu. Sementara orang-orang sekitarnya ngerjain pekerjaan yang lebih berguna buat ngumpulin harta, Dor malah asik sama hobi itung-itungannya. Karena hobinya itu, Dor harus diasingkan karena dianggap nggak menghargai anugerah Tuhan. Karena ulahnya, manusia-manusia di bumi pada generasi seterusnya, kita sekarang, jadi heboh ngukur-ngukur waktu, sampe kadang gak bisa nikmatin lagi apa yang dikasih Tuhan. Akhirnya Dor dihukum. Dia dikurung dalam sebuah gua, dipaksa denger semua keluhan orang-orang yang minta lebih banyak waktu. Sampe pada waktu tertentu, Dor dibebasin dan dikasih satu misi buat menebus kesalahannya. Dia harus nemuin dua orang yang punya masalah dengan waktu. Victor Delamonte, seorang pengusaha kaya raya yang mengidap penyakit parah yang bisa bikin dia mati, pengen punya lebih banyak waktu buat hidupnya dan cari cara biar bisa hidup abadi, dan Sarah Lemon, remaja pendiam yang sedang jatuh cinta, trus patah hati, dan pengen waktu hidupnya diperpendek karena gak sanggup menghadapi penolakan di sekitarnya. Dor harus menemui mereka dan mengajarkan makna waktu pada mereka.

Kalo diliat dari sinopsisnya, tema buku ini kayaknya berat. Tapi, setelah dibaca, bener-bener gak terasa. Tiba-tiba kita udah masuk ke halaman terakhir. Banyak banget makna yang bisa diambil, terutama tentang betapa pentingnya menghargai waktu. Kenapa Tuhan batesin waktu buat kita? Kenapa kita gak dibikin abadi aja biar bisa capai semua yang kita mau? Jawabannya sederhana. Supaya setiap waktu yang dikasih Tuhan itu berharga. Kalo sampe kita dikasih waktu yang gak terbatas, kita pasti gak akan menghargainya (omongan Dor).

Buat pecinta fiktif ilmiah, novel ini cocok buat koleksi. Buat yang gak terlalu suka bacaan berat, buku ini juga pas dibaca. Ibarat cemilan, ini beneran cemilan sehat. Ringan, tapi berbobot. Gak bakal nyesel bacanya. Selesai baca, kita bakal lebih bisa menghargai tiap detik yang kita buang gitu aja.

No comments: