Saturday, September 14, 2013

Perempuan & Pakaian

Apa keinginan yang terlintas di kepala perempuan ketika dilanda stres? Mayoritas menjawab ‘belanja’. Apa pun bentuk barang yang dibelanjakan. Tetapi, pakaian selalu menempati posisi istimewa dalam daftar belanja kaum perempuan. Mayoritasnya.

Aku tidak pernah memahami ikatan itu. Dahiku mengernyit tiap melihat gerombolan perempuan mengerumuni deretan pakaian dengan tulisan SALE besar di rak-raknya. Mulutku mengomel panjang, jika menemani teman perempuanku berkeliling dari satu toko ke toko lain, melihat-lihat bentuk pakaian yang semuanya tampak sama di mataku. Aku lebih senang melarikan diri ke tempat makan atau toko buku, ketika kelompokku sibuk mengobrak-abrik semua butik di mall.

Mereka menyebutku ‘setengah perempuan’. Perempuan yang proses penciptaannya belum selesai sempurna, sehingga tidak semua sifat wajar perempuan kumiliki. Aku benci alat make up. Lebih suka melempar heels ke keranjang basket daripada memakainya. Dan membeli pakaian adalah hal yang baru kulakukan jika lemariku sudah kosong melompong.

Satu kali, ketika menemani salah seorang teman perempuanku berkeliling mall, seperti biasa dia tersangkut di salah satu toko baju. Aku memilih menjauh, bersandar di kaca etalase toko lain sambil memainkan ponsel, membiarkan dia melakukan kegemarannya. Sesekali aku meliriknya. Sesaat, aku terpaku melihat ekspresinya. Selama ini aku terlalu sibuk mengeluh hingga tidak pernah menyadari ekspresi para perempuan itu saat melihat sebuah menekin berpakaian cantik.

Dia tersenyum. Tampak gembira. Padahal yang dilakukannya hanya melihat-lihat, belum membeli, apalagi sampai diberi secara gratis. Kemudian, aku teringat sendiri perasaanku ketika melihat satu stand makanan baru buka, atau novel yang sudah lama kuincar muncul di toko buku. Perasaan gembira yang sama. Kemudian, aku ikut tersenyum. Semua orang punya cara sendiri untuk menyenangkan diri. Buat sebagian besar perempuan, mungkin pakaian salah satu benda yang bisa bikin mereka tenang tinggal di dunia. Sepertinya, untuk sebagian besar perempuan, toko pakaian sudah menjadi semacam surga kecil di mana mereka bisa melupakan hal lain yang tidak ingin dipikirkan.




-elsa[puspita]-

No comments: