Udah lama banget aku gak baca novel drama, karena
belakangan ini sering nebeng baca novelnya Iin yang nyaris semuanya
fiksi-fantasi. Baru-baru ini aku baca yang non fantasi lagi, metropop/chicklit/
apa pun lah sebutannya.
Duluuu banget, aku pernah bilang ke seseorang kalo
kadang aku pengen baca/nonton cerita yang sad ending. Trus, orang itu bilang,
‘mending yang happy ending. Seenggaknya pas ceritanya habis kita bisa :) bukan :(’. Waktu itu aku sempet
protes dengan bilang gak semua cerita harus
punya akhir yang indah.
Dan sekarang… dengan tegas aku menarik kalimat
terakhir itu. cerita sad ending itu bener-bener bikin… kecewa? Ya gitu lah
pokoknya.
Alasan pribadi, sebagai sosok manusia biasa, aku
menjadikan novel itu sebagai pelarian kalo lagi capek sama kehidupan nyata. Hal
yang gak bisa aku dapetin di kenyataan, bisa aku temuin di novel. Tentu dong
aku ngarepnya yang indah-indah, karena yang gak indah bisa di dapet dengan
mudah di kehidupan nyata. Kalo dalem novel pun dapetnya yang sedih, bukannya
dapet pelarian, tapi malah bikin tambah galau. Dalam kenyataan emang gak semua
cerita punya akhir bahagia. Dan lihat kata kuncinya, dalam kenyataan, bukan dalam novel. Aku gak bilang novel yang bagus
harus punya akhir indah dan novel yang akhirnya sedih itu gak bagus. Gak sama
sekali. Beberapa novel sad ending yang pernah aku baca punya jalan cerita yang
sangat bagus. Tapi, ya itu tadi, di akhir cerita jadi timbul semacam rasa
kecewa dan bisikan di otak, ‘kok gini?’ dengan wajah :(, meskipun si penulis
berhasil menyajikan sad ending yang bagus dan (sebenernya) bisa diterima.
Sebagai sosok pembaca yang mengharapkan hiburan, aku
tentu pengennya dapet yang happy ending terus. Novel happy ending itu buatku
kayak ngasih harapan kalo nothing is impossible atau impossible is nothing itu
beneran ada, meskipun susah dapetnya di dunia nyata. Lihat lagi kata kuncinya, harapan. Harapan itu udah jadi
multivitamin dalam hidup (buatku), dan aku gak bisa bayangin gimana hidup tanpa
harapan. Dan orang kayak aku yang tergila-gila sama dunia fiktif, khayalan, dan
mimpi, kadang nyari suatu harapan itu di tempat yang akrab dan bikin aku
nyaman. Ya, di dunia novel. Bukan berarti mau dan pengen selalu hidup di dunia
fiktif, tapi mencoba mencari keseimbangan antara hidup nyata yang kadang bikin
gak nyaman dan dunia fiktif yang menawarkan kenyamanan itu.
Jadi… sebagai sosok yang selalu bercita-cita jadi
penulis (someday, amin ya Rabb), aku berusaha buat nggak akan bikin akhir yang sedih selama aku punya pilihan untuk bikin akhir yang indah. Dan kalopun nanti ada
tulisanku yang berakhir dengan sedih, percayalah itu karena aku gak punya celah buat bikin happy
endingnya. Tapi, kayak yang aku tulis sebelumnya tentang nothing is impossible
atau impossible is nothing, aku yakin bakal bisa bikin cerita yang punya akhir
bahagia, karena aku selalu pengen orang yang baca ceritaku bisa :) di akhir cerita yang aku
buat.
No comments:
Post a Comment