Tanggal 21 April 2011 kemarin para wanita Indonesia baru saja merayakan hari Kartini. Kartini sudah berjuang untuk menyamakan kedudukan wanita atas pria, menciptakan emansipasi wanita, membuat para wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria nyaris dalam semua segi.
Namun, kabar yang baru saja saya dengar dari seorang teman benar-benar membuat miris. Kenapa masih saja ada wanita yang dengan gampangnya menyerahkan diri kepada pria, membuang kehormatan mereka demi pria yang SANGAT tidak LAYAK mendapatkan kehormatan itu? Para perempuan itu mengatasnamakan cinta untuk membenarkan perbuatan mereka. Mereka mengaku melakukannya demi cinta. Tapi pada kenyataannya, setelah seorang pria merampas harta yang tidak berhak didapatkannya, pria itu pergi, berlalu, meninggalkan kaum wanita menanggung sendiri akibat perbuatan mereka yang katanya ‘atas nama cinta’ itu.
Di sini, saya bukan ingin bertingkah sok suci, bukan bermaksud menghakimi para wanita-wanita itu. Saya hanya ingin membagi pikiran saya. Wanita diibaratkan sebuah kapas putih bersih yang sekalinya terkena noda maka tidak ada cara untuk menghapus noda itu. Jika seorang wanita melakukan sebuah kesalahan fatal menyangkut kehormatannya, tidak akan ada jalan untuk memperbaiki kesalahan itu. Yang ada nanti hanya rasa menyesal. Menangis tersedu, berteriak sekencangnya tidak akan menghasilkan apapun.
Wanita memiliki nilai dan harga yang lebih mahal dari kaum pria. Kehormatan seorang wanita bernilai jauh lebih tinggi dari pria. Karena itulah seorang wanita HARUS menjaga kehormatan mereka hanya untuk pria yang nantinya berhak mendapatkannya.
Sebagai seorang wanita yang hidup dijaman ini, saya tidak membantah kalau pergaulan sekarang sudah jauh berkembang. Pacaran tidak hanya sebatas komitmen untuk menjalin hubungan, tapi sudah dianggap sebagai status yang wajar untuk melakukan segala kegiatan ‘kesenangan’. Ciuman, sentuhan-sentuhan kecil, bahkan hubungan intim sudah nyaris bukan hal tabu lagi. Mendengar berita tentang married by accident (MBA) tidak membuat terperangah lagi saking seringnya hal itu terjadi.
Saya tidak akan berkata itu benar atau salah, terserah pada kalian yang menilainya. Saya sendiri pernah menjadi bahan tertawaan hanya karena saya mengaku belum pernah pegangan tangan apalagi ciuman dengan pacar saya setelah nyaris dua tahun menjalin hubungan. Saya dan mantan pacar saya itu menentukan sendiri batas normal gaya pacaran menurut kami. Dan kami selalu berusaha untuk tidak melewatinya. Ternyata, batas yang kami buat itu dianggap konyol, lucu, bahkan aneh. Bagaimana mungkin orang yang sudah lama pacaran bisa tidak melakukan apapun?
Saya kadang bertanya sendiri. Apa ada ketentuan kalau pacaran itu harus pegangan tangan, berciuman, dan melakukan hal yang belum boleh untuk dilakukan? Kalaupun memang ada, apa salah jika saya dan mantan saya itu membuat ketentuan sendiri? Bagi saya, tidak ada yang salah. Jujur saja, saya memang sempat heran sendiri karena mantan saya itu bisa bertahan untuk tidak melakukan hal yang senormalnya dilakukan pria pada pacarnya. Heran dengan keteguhan hatinya untuk tidak menyentuh saya. Dia benar-benar menghargai dan menghormati saya layaknya seorang wanita yang disayanginya. Dan saya benar-benar berterimakasih padanya. Meskipun sekarang kami sudah memutuskan jalan sendiri-sendiri, saya tetap senang telah mengenalnya. Saya yakin, dari sekian banyak pria ‘nakal’, masih ada pria baik yang mau menghormati wanita.
Saya mencoba membandingkan akhir kisah cinta saya dengan salah seorang teman saya yang saya sebut di awal. Gaya berpacaran kami jelas sangat berbeda. Dia dengan kepercayaan bebasnya, dan saya dengan batasan normal saya. Hubungan saya dan pria baik itu memang berakhir, tapi saya tidak kehilangan apapun karena dia tidak pernah merampas apapun dari saya. Sedangkan teman saya, dia akhirnya menikah dengan pasangannya, setelah sebelumnya kehormatannya dirampas. Dan kehidupannya sekarang benar-benar membuat miris.
Bukannya lebih indah jika pernikahan itu dilakukan atas dasar cinta, daripada dilakukan karena ‘kecelakaan’? Pilihan ada di tangan kalian sendiri…
Untuk para wanita, hargailah diri kita. Jangan gampang terhasut dengan mulut manis pria. Dibalik semua rasa manis yang mereka tawarkan, terdapat ribuan racun yang nantinya bisa menghancurkan kita. Penyesalan tidak pernah menyenangkan…
Selamat Hari Kartini untuk semua Perempuan Indonesia…
-EP-
No comments:
Post a Comment